SUKABUMI – Jengkol atau Archidendron pauciflorum masih menjadi salah satu bahan pangan tradisional yang digemari masyarakat Indonesia, meskipun dikenal memiliki aroma yang tajam. Makanan khas ini kerap diolah menjadi semur, sambal goreng, hingga balado, terutama di daerah Jawa Barat dan Jakarta.
Dikenal sebagai sumber protein nabati, juga mengandung zat besi, kalsium, fosfor, serta vitamin A, B1, dan C. Kandungan tersebut membuat jengkol bermanfaat bagi kesehatan, terutama dalam membantu pembentukan sel darah merah, menjaga kesehatan tulang, dan meningkatkan daya tahan tubuh.
Meski begitu, konsumsi jengkol tetap perlu dibatasi. Kandungan asam jengkolat pada bijinya dapat menyebabkan gangguan ginjal bila dikonsumsi berlebihan atau tidak dimasak dengan benar.
Baca Juga : Bobby Maulana, dari Dunia Hiburan hingga Kursi Wakil Wali Kota Sukabumi
Untuk mengurangi aroma khasnya, masyarakat biasanya merebusnya beberapa kali dan membuang air rebusannya. Penambahan daun salam, kopi, atau arang saat proses perebusan juga dipercaya dapat menetralkan bau.
Di sejumlah daerah seperti Sukabumi dan Bogor, Sayuran ini masih menjadi menu populer di warung nasi Sunda maupun rumah makan Betawi.
Hingga kini, jengkol tidak hanya dipandang sebagai makanan tradisional, tetapi juga bagian dari identitas kuliner Nusantara yang memiliki cita rasa kuat serta nilai gizi tinggi.(SE)

