SUKABUMI — Ancaman bencana kembali menghantui warga Kampung Gempol, Desa Cikadu, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi. Pergerakan tanah dan longsor susulan terjadi pada Jumat (26/12/2025) dini hari setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut, menyebabkan sedikitnya 15 rumah warga mengalami kerusakan berat.
Sebagian bangunan bahkan dilaporkan ambruk dan miring dalam kondisi membahayakan. Ironisnya, rumah-rumah tersebut sebelumnya telah dinyatakan tidak layak huni pascabencana longsor yang terjadi pada 2024 lalu. Namun karena belum adanya kepastian relokasi, warga terpaksa kembali menempati hunian di zona rawan bencana.
Ketua Posko Bencana Kampung Gempol tahun 2024, Hasim, mengungkapkan bahwa warga berada dalam situasi sulit. Keterbatasan ekonomi serta terhentinya bantuan sewa membuat sebagian besar warga tidak memiliki pilihan lain selain kembali ke rumah masing-masing.
Baca Juga: Tiga Tahun Molor, BBKSDA Jabar Didesak Buka Hasil Uji Rambut Diduga Harimau di Cicantayan Sukabumi
Ia menjelaskan, longsor susulan kali ini tergolong lebih parah dibanding kejadian sebelumnya. Retakan yang sebelumnya masih bisa ditoleransi kini berkembang menjadi kerusakan struktural serius.
“Bangunan yang sebelumnya hanya retak, sekarang sudah tidak mampu menahan beban. Banyak rumah yang langsung rusak berat dalam waktu singkat,” ujarnya.
Salah satu warga terdampak, Iis, mengaku harus menyelamatkan diri bersama keluarganya setelah mendengar suara runtuhan sejak dini hari. Ia mengatakan dapur rumahnya ambruk sekitar pukul 03.30 WIB, disusul bagian lain rumah yang roboh beberapa jam kemudian.
Baca Juga: PERSIB Wajib Menang Lawan PSM Demi Jaga Asa Puncak Klasemen
“Sekarang rumahnya sudah miring tajam, kami tidak berani masuk lagi,” tuturnya.
Pascalongsor, sejumlah warga memilih mengungsi ke rumah kerabat yang dinilai lebih aman. Bahkan, satu rumah terpaksa ditempati beberapa keluarga sekaligus akibat keterbatasan tempat pengungsian.
Hingga akhir tahun 2025, warga Kampung Gempol masih menanti realisasi relokasi yang dijanjikan pemerintah. Di tengah cuaca ekstrem dan potensi bencana susulan, mereka berharap ada langkah konkret dan cepat dari pemerintah daerah serta instansi terkait agar tragedi serupa tidak kembali memakan korban.

