SUKABUMI – Kasus dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) kembali terjadi menimpa warga Kota Sukabumi. Kali ini, korban adalah Muhammad Bagas Saputra (22), pemuda asal Jalan Amubawa Sasana, RT 05/01, Kelurahan Subangjaya, Kecamatan Cikole, yang diduga disekap dan disiksa di Kamboja oleh sindikat perdagangan manusia berkedok perusahaan.
Kakak kandung korban, Muhammad Rangga Saputra, mengungkapkan kronologi menyayat hati yang dialami adiknya. Ia menjelaskan bahwa peristiwa bermula pada tahun 2024 saat Bagas berangkat ke Tiongkok (Cina) untuk bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK) melalui sebuah perusahaan penyalur tenaga kerja asal Jawa Tengah.
“Adik saya berangkat secara legal. Dia punya paspor dan semua dokumen lengkap, jadi kami izinkan. Tapi setelah tiga bulan, dia mengabari kalau ada masalah dan sempat bertengkar dengan seseorang di sana,” ujar Rangga saat ditemui, Selasa (01/07/25).
Menurutnya, Bagas tidak hanya tidak digaji, tetapi juga dipulangkan secara tidak manusiawi. Ia ditelantarkan di sebuah bandara di Tiongkok tanpa uang sepeser pun.
“Dia sempat mengabari pakai telepon orang lain, katanya bingung dan gak tahu harus ke mana. Mungkin dia dibantu petugas keamanan atau polisi setempat. Tapi kami di sini juga bingung, apalagi ekonomi kami sangat terbatas,” ucap Rangga.
Setahun kemudian, keluarga kembali dihubungi oleh Bagas, kali ini dari Kamboja. Ia mengabari bahwa akan segera pulang pada Agustus 2025. Namun, kabar mengejutkan datang pada Jumat (27/6/2025) melalui panggilan video WhatsApp.
“Dari video call itu, kami lihat adik saya dalam kondisi diikat dan disiksa. Dia bilang gak capai target kerja, terus kena denda. Mereka minta uang Rp 40 juta untuk bebaskan dia. Tapi karena kami hanya bisa kumpulkan Rp 5 juta, mereka terus ancam,” katanya.
Yang lebih mengerikan, lanjut Rangga, pihak yang menyekap bahkan mengancam akan mencungkil mata Bagas. Salah satu pelaku, yang disebut sebagai ‘bos’, berbicara dengan bahasa Indonesia. “Itu bosnya perempuan, dia bilang tangan adik saya akan dicongkel kalau tidak kirim uang,” tambahnya.
Tak berselang lama, kabar mengejutkan lain datang dari teman korban yang menyebut tangan Bagas telah dipatahkan dan ia telah diperdagangkan kembali.
“Saya rekam video call-nya. Keadaannya parah sekali, itu bukan dibuat-buat. Sekarang kami dengar dia masih di Kamboja, katanya di daerah bernama Bapet,” ungkap Rangga dengan mata berkaca-kaca.
Kabar penyiksaan terhadap Bagas juga telah menyebar luas melalui media sosial Facebook. Dalam unggahan yang viral, terlihat foto dan video menyedihkan yang menunjukkan kondisi korban disekap, disetrum, dan diikat. Keluarga pun berharap pemerintah segera turun tangan.
“Kami mohon bantuan pemerintah, siapapun. Tolong selamatkan adik saya. Dia korban, bukan kriminal. Kami sudah lapor ke pihak berwenang,” pungkasnya. (Ky)