Sementara itu, Kepala Seksi Kesiswaan dan Manajemen SMP pada Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumi, Devi Indra Kusumah mengatakan, setelah mendapatkan informasi kejadian tawuran pelajar hingga menewaskan salah seorang pelajar dari SMP wilayah Kecamatan Cikembar tersebut, ia langsung bergegas ke RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi.
“Tadi malam, saya langsung ikut mengevakuasi jasad korban me RSUD R Syamsudin SH Kota Sukabumi,” katanya.
“Saya menerima informasi bahwa terjadinya ada anak SMP yang melakukan duel yang terjadi di salah satu sekolah di kota dan kabupaten kalau untuk yang korbannya di SMP yang ada di Cikembar yang terjadinya di daerah Babakan tapi kita masih menggali informasi,” bebernya.
Korban yang diketahui kelahiran tahun 2011 ini, telah meninggal dunia karena diduga dihantam senjata tajam sehingga mengalami luka bacok fatal yang menyebabkan kematian.
“Kayaknya dibacok di sini ya (belakang kepala) sama sini (kaki kanan) kalau ga salah dan itu sudah divisum di rumah sakit,” bebernya.
Menurutnya, peristiwa ini terjadi di luar pengawasan sekolah karena bertepatan dengan hari libur. Duel tersebut diduga diawali dari janjian untuk bertemu antara korban dan pelaku.
“Di sekolah itu, hari Sabtu tidak ada pembelajaran karena libur. Jadi, ini murni ada di lingkungan pengawasan orang tua. Kalau informasi awal duel. Pelakunya diindikasi dari pelajar SMP di wilayah Kota Sukabumi,” imbuhnya.
Untuk mengantisipasi kasus serupa, pemerintah daerah Kabupaten Sukabumi melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Sukabumk, telah berupaya maksimal melakukan berbagai upaya preventif. Diantaranya, menggencarkan edukasi kepada para pelajar agar tidak melakukan aksi kenakalan yang dapat membahayakan diri sendiri dan orang lain.
“Kita juga punya satgas juga di Dinas Pendidikan kemudian edukasi ke satuan pendidikan, kita selalu mengajak stakholder untuk pencegahan perilaku buruk yang terjadi di anak didik kita,” paparnya.
“Tapi posisinya ini kan terjadi di lingkungan mereka, atau lingkungan sosial. Insya Allah, kalau di lingkungan pendidikan dapat terkendali. Jadi ini pengawasannya di luar jam sekolah karena hari Sabtu,” bebernya.
Selain itu, pihaknya juga mengaku sering kali melakukan pendekatan-pendekatan kaitan edukasi kepada para pelajar. Untuk itu, ia meminta kerjasamanya kepada seluruh warga, khususnya kepada orangtua agar dapat meningkatkan pengawasannya kepada anak-anaknya.
“Iya, anak itu harus diawasi selama 24 jam, yang pertama 8 jam di lingkungan sekolah, 8 jam di lingkungan keluarga dan 8 jam di lingkungan sosial mereka, jadi harus saling terkait,” paparnya.
“Saya sudah konformasi kepada ibunya korban. Jadi, anaknya itu izin keluar main katanya sebentar, padahal kan kita nggak tahu di lingkungan sosial mereka. Ini pagi libur. Tadi saya komfirmasi ke pihak sekolah, bahwa hari Sabtu tidak ada pembelajaran karena lima hari sekolah, ini murni ada di lingkungan pengawasan orang tua,” pungkasnya.