SUKABUMI – Anggota DPRD Provinsi Jawa Barat dari Daerah Pemilihan Kabupaten Sukabumi, Dessy Susilawati, menyampaikan keprihatinan sekaligus seruan kepedulian dalam momentum Hari Tidak Ada Toleransi bagi Kekerasan terhadap Perempuan yang diperingati setiap 6 Desember.
Menurut Dessy, peringatan ini bukan sekadar agenda tahunan, melainkan pengingat penting bagi seluruh elemen masyarakat untuk menolak segala bentuk kekerasan terhadap perempuan, baik fisik, psikis, seksual, maupun kekerasan berbasis ekonomi dan digital.
“Tidak boleh ada ruang bagi kekerasan terhadap perempuan. Ini adalah persoalan kemanusiaan yang harus disikapi secara serius dan berkelanjutan,” ujar Dessy, Jumat (6/12/2025).
Baca Juga: DPMD Sukabumi Dorong Profesionalitas Aparatur Desa Lewat Bimtek BKAD Parakansalak
Hari Tidak Ada Toleransi bagi Kekerasan terhadap Perempuan juga menjadi bagian dari Kampanye 16 Hari Anti Kekerasan terhadap Perempuan (HAKtP) atau 16 Days of Activism Against Gender Violence yang berlangsung setiap 25 November hingga 10 Desember. Kampanye ini bertujuan meningkatkan kesadaran publik sekaligus mendorong aksi nyata dalam pencegahan dan penanganan kekerasan berbasis gender.
Dessy mengutip catatan sejarah yang dirilis Komnas Perempuan, bahwa tanggal 6 Desember dipilih untuk mengenang tragedi pembunuhan massal di Universitas Montreal, Kanada, pada tahun 1989. Peristiwa tersebut menewaskan 14 mahasiswi dan melukai sejumlah lainnya, yang menjadi simbol betapa nyata dan berbahayanya kekerasan terhadap perempuan jika dibiarkan.
Baca Juga: Kepala DPPKB Kabupaten Sukabumi Ajak Masyarakat Perkuat Pencegahan HIV di Hari AIDS Sedunia
Sebagai legislator perempuan dari Partai Amanat Nasional (PAN) yang bertugas di Komisi V DPRD Jawa Barat, Dessy menegaskan komitmennya untuk terus mendorong kebijakan yang berpihak pada perlindungan perempuan dan anak, serta penguatan layanan pendampingan bagi korban kekerasan.
“Pemerintah, aparat penegak hukum, dan masyarakat harus berjalan seiring. Perempuan harus merasa aman di rumah, di ruang publik, di tempat kerja, dan di dunia digital,” katanya.
Dessy juga mengajak masyarakat untuk berani bersuara dan tidak menormalisasi kekerasan dalam bentuk apa pun. Ia berharap momentum ini dapat memperkuat kesadaran kolektif agar tercipta lingkungan yang aman, adil, dan bermartabat bagi perempuan.
“Stop kekerasan terhadap perempuan. Tidak ada toleransi, tidak ada pembenaran,” pungkasnya.

