Berita UtamaKabupaten Sukabumi

Innalillahi! 16 Rumah Hanyut Diterjang Luapan Sungai Cidadap di Simpenan Sukabumi

×

Innalillahi! 16 Rumah Hanyut Diterjang Luapan Sungai Cidadap di Simpenan Sukabumi

Sebarkan artikel ini

SUKABUMI — Sebanyak 16 rumah di Kampung Sawah Tengah di Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, hanyut diterjang luapan Sungai Cidadap pada Rabu (17/12/2025). Air sungai yang meluap dengan kekuatan besar menggerus daratan dan mengakibatkan kerusakan parah pada permukiman warga.

Abdul Manan, tokoh masyarakat setempat, menyaksikan kampungnya lenyap dalam waktu singkat. Berdasarkan data sementara, dari 23 rumah yang berdiri, sebanyak 16 unit dilaporkan roboh dan hanyut terbawa arus, sementara tujuh rumah lainnya dalam kondisi kritis dan terancam runtuh.

“Semua hilang dalam hitungan jam. Tidak ada yang bisa kami selamatkan. Kampung ini sudah tidak ada lagi,” ujarnya dengan lirih.

Baca Juga: Lapas Sukabumi Raih Predikat WBK 2025, Bukti Komitmen Tata Kelola Bersih

Penyebab bencana diduga kuat karena perubahan alur Sungai Cidadap. Arus sungai dikabarkan bergeser jauh dari jalur semula, secara perlahan mengikis tanah hingga akhirnya menyatu dengan kawasan tempat tinggal warga. Manan menjelaskan bahwa sebelum bencana, sungai berada cukup jauh dari rumah-rumah penduduk.

Seluruh warga terdampak kini terpaksa mengungsi ke SD Negeri Kawungluwuk. Di tempat pengungsian tersebut, mereka tidak hanya kehilangan rumah, tetapi juga sumber penghidupan dan rasa aman.

Mereka berharap pemerintah tidak hanya memberikan bantuan darurat, tetapi juga kepastian terkait relokasi ke tempat tinggal yang lebih aman dan layak huni, mengingat kampung lama sudah tidak memungkinkan untuk ditinggali kembali.

Baca Juga:  Warga Mekar Asih Terdampak Banjir dan Longsor, Pendangkalan Sungai Jadi Sorotan

Hingga berita ini disusun, warga masih bertahan di pengungsian sambil menunggu langkah konkret dari Pemerintah Kabupaten Sukabumi dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat terkait penanganan lanjutan serta rencana relokasi permanen dari kawasan rawan bencana tersebut.

“Kami tidak minta banyak. Kami hanya ingin punya tempat tinggal yang aman. Kampung kami sudah hilang,” tutur Manan.