SUKABUMIKU.id – Di balik gedung Satpas Kota Sukabumi yang kini ramai oleh urusan administrasi kendaraan, tersembunyi jejak sejarah panjang yang nyaris terlupakan. Gedung itu dulunya adalah markas Veldpolitie Soekaboemi, bagian dari sistem kepolisian kolonial Hindia Belanda yang dikenal keras dan represif, namun secara ironis justru berisi 96 persen personel pribumi.
Veldpolitie dibentuk pada tahun 1918, sebagai respons terhadap ketidakmampuan polisi biasa (opas) menghadapi masyarakat pedesaan yang kerap dianggap mudah terprovokasi. Dibandingkan polisi bersenjata biasa, Veldpolitie bertugas di wilayah pedalaman, mirip fungsi Brimob di Indonesia atau Carabineri di Italia. Mereka menjadi alat pemerintah kolonial dalam mengontrol masyarakat, terutama di luar kota besar.
Sumber-sumber kolonial seperti Archief Algemeene Secretarie, Archief van het Binnenlands Bestuur, dan Archief van het Ministerie van Kolonien mencatat bahwa para anggota Veldpolitie bekerja dalam tekanan luar biasa—menjalankan tugas-tugas kotor dengan imbalan yang jauh dari layak.
Di Sukabumi, markas utama Veldpolitie terletak di Cipelang, Kecamatan Warudoyong, berdiri dekat Talang Degung yang dibangun pada tahun 1924. Bangunan ini kemudian menjadi Asrama Polisi Cipelang, sekaligus rumah dinas. Setelah proklamasi kemerdekaan, tepatnya tahun 1946, lokasi ini berubah fungsi menjadi gudang senjata pejuang Republik Indonesia. Di sinilah sempat terjadi kontak senjata antara pejuang RI dan pasukan sekutu.
Beberapa tahun lalu, masyarakat dikejutkan oleh temuan bersejarah: ribuan amunisi, ratusan senjata api berbagai jenis, hingga granat aktif ditemukan terkubur di bekas rumah dinas tersebut. Temuan ini menegaskan bahwa kawasan tersebut pernah menjadi simpul penting dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan.
Kini, hampir semua jejak fisik Veldpolitie di Sukabumi telah punah. Gedung yang dulunya markas komando telah berubah fungsi menjadi Kantor Samsat Kota Sukabumi. Meski bangunannya telah berubah, nilai sejarahnya tetap melekat sebagai saksi bisu dari dinamika penjajahan, perlawanan, dan transformasi bangsa Indonesia.(Sei)