SUKABUMI– Badan Penanggulangan Bencana Daerah ( BPBD ) Kota Sukabumi mencatat kejadian bencana mencapai 88 peristiwa. Kejadian itu rentang waktu yang terdata di Sistem Informasi Elektronik Data Bencana (SiEdan).
Dari total sebanyak 88 kejadian bencana tersebut kerugian materi mencapai Rp 1.111.650.000. Kejadian tersebut tersebar di seluruh kecamatan di Kota Sukabumi.
” Iya kejadiannya itu sebarannya di seluruh kecamatan,” ungkap Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi, Novian Rahmat Taufik.
Lanjutnya, Bencana berdampak pada 156 kepala keluarga atau 145 jiwa, dengan total kerusakan 122 unit bangunan: 1 rusak berat, 5 rusak sedang, dan 116 rusak ringan. Luas area terdampak mencapai 1.451 hektare.
BACA JUGA: Anggota DPRD Kota Sukabumi Inggu Sudeni Soroti Penertiban Reklame yang Dinilai Tergesa-gesa
Distribusi kejadian tertinggi tercatat pada Maret dengan 39 kasus, diikuti April 23 kasus, Januari 22 kasus, dan Februari 4 kasus. Jenis bencana paling dominan adalah cuaca ekstrem sebanyak 14 kali, disusul banjir (6), tanah longsor (2), kebakaran permukiman (1), serta angin topan/beliung.
“Kerugian terbesar berasal dari cuaca ekstrem, mencapai Rp 849.750.000 dengan luas area terdampak sekitar 0,0801 hektare,” jelasnya.
Disusul tanah longsor dengan nilai kerugian Rp 152 juta (0,0146 ha), banjir Rp 58,85 juta (0,0381 ha), kebakaran permukiman Rp 28 juta (0,0086 ha), dan angin topan/beliung Rp 23,1 juta (0,0037 ha).
Kecamatan dengan jumlah bencana terbanyak adalah Warudoyong dan Baros, masing-masing 23 kasus. Di Warudoyong, Kelurahan Dayeuhluhur menyumbang 11 kasus, sedangkan di Baros, Sudajaya Hilir mencatat 9 kasus.
Disusul Lembursitu (16 kasus, didominasi Kelurahan Cikundul 5 kasus), Cikole (9 kasus, Subangjaya 6 kasus), Citamiang (8 kasus tersebar di 4 kelurahan), Gunungpuyuh (5 kasus, Karangtengah 3 kasus), dan Cibeureum (4 kasus, Limusnunggal 2 kasus).
BACA JUGA: Hujan Ringan Guyur Sukabumi Rabu 11 Juni 2025, Warga Diminta Siaga Cuaca Lembap
Secara khusus, April mencatat 23 kejadian dengan dominasi cuaca ekstrem (14), banjir (6), longsor (2), dan kebakaran permukiman (1). “Kondisi ini dipengaruhi curah hujan tinggi berdasarkan analisis dasarian Stasiun Klimatologi Bogor,” terang Novian.
Sebanyak 34% wilayah Jabar mengalami hujan kategori tinggi (150–200 mm/dasarian), 3% sangat tinggi (>300 mm), dan 14% wilayah hujan rendah (<50 mm).
Pada April saja, jumlah warga terdampak mencapai 23 jiwa dan 23 unit bangunan rusak, dengan total kerugian sebesar Rp 443.800.000 dan luas terdampak sekitar 0,0493 hektare. (Lan)