SUKABUMI – Tak ada yang menyangka, sebuah bangunan sederhana yang berdiri di tepi Exit Tol Parungkuda mendadak menjadi ruang penuh doa dan kecemasan. Di saat ribuan kendaraan berlomba mengejar detik pergantian tahun, seorang ibu muda justru berjuang mempertaruhkan nyawa di tempat yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Siti Sadiah (21) berangkat dari Desa Wangun Jaya dengan harapan sederhana: sampai ke rumah sakit tepat waktu dan melahirkan dengan aman. Namun perjalanan menuju RSUD Sekarwangi berubah menjadi kisah tentang batas antara rencana dan kenyataan. Kontraksi datang semakin rapat, ambulans terpaksa berhenti, dan pilihan pun menyempit hanya pada satu hal: bertahan dan melahirkan di tempat terdekat.
Pos Pengamanan Terpadu Exit Tol Parungkuda, yang biasanya menjadi ruang pengawasan lalu lintas dan pengendalian arus kendaraan, berubah seketika menjadi titik krusial penyelamatan nyawa. Tanpa fasilitas medis lengkap, aparat kepolisian dan tenaga kesehatan siaga harus mengambil keputusan dalam hitungan menit.
Baca Juga: Bunga Ayu Seaside Resort, Akomodasi Tepi Laut Terjangkau di Kawasan Wisata Palabuhanratu
Tak ada ruang steril, tak ada alat lengkap, hanya ketenangan yang dipaksakan di tengah kepanikan. Personel kepolisian yang biasanya berhadapan dengan kemacetan dan pelanggaran lalu lintas, kini berhadapan langsung dengan risiko kemanusiaan yang nyata.
“Kami tidak berpikir soal prosedur panjang. Yang kami lihat hanya seorang ibu yang harus diselamatkan,” ungkap Kapospam AKP Erman.
Tangisan bayi laki-laki yang lahir di lokasi tersebut menjadi suara paling kontras di antara deru mesin kendaraan dan hiruk pikuk pengamanan akhir tahun. Bagi Siti, itu bukan sekadar tangisan pertama anaknya, melainkan tanda bahwa ia berhasil melewati momen paling genting dalam hidupnya.
Baca Juga: Mahasiswa PPL STISIP Syamsul Ulum Rasakan Langsung Dinamika Birokrasi Kecamatan Jampangkulon
Kapolres Sukabumi AKBP Dr. Samian melalui Kasi Humas IPTU Aah Saepul Rohman menegaskan bahwa kejadian ini menunjukkan sisi lain tugas kepolisian yang jarang terlihat publik.
“Di lapangan, anggota sering dihadapkan pada situasi di luar tugas pokok. Kepekaan dan keberanian mengambil keputusan cepat menjadi kunci. Ini bukan soal seragam, tapi soal kemanusiaan,” ujarnya.
Peristiwa ini menjadi potret kecil realitas masyarakat di jalur padat transportasi: akses, waktu, dan keselamatan bisa berubah dalam sekejap. Pospam yang selama ini identik dengan pengamanan lalu lintas, pada momen itu menjelma menjadi ruang harapan tempat kehidupan baru dimulai di tengah ketidakpastian jalan.

