Nasional

Kisah Viral dari Kendal: Kakak Beradik Hampir Mati Kelaparan, 28 Hari Tunggui Jasad Ibu

×

Kisah Viral dari Kendal: Kakak Beradik Hampir Mati Kelaparan, 28 Hari Tunggui Jasad Ibu

Sebarkan artikel ini

KENDAL – Bau yang tidak biasa itu datang pelan-pelan. Menembus celah jendela, menyelinap di antara suara angin dan obrolan warga Dukuh Somopuro, Bebengan, Kendal, pada awal November itu. Hingga akhirnya, rasa curiga membawa warga berkumpul di depan sebuah rumah kecil yang pintunya terkunci rapat, diganjal kursi dari dalam.

Saat pintu berhasil dibuka, pemandangan itu seperti merampas napas siapa pun yang melihatnya. Dua gadis muda terkulai lemah, sementara di dalam kamar, ibu mereka sudah berpulang—diam dan tak lagi bisa dipanggil. Tubuhnya telah terbaring tanpa nyawa selama hampir sebulan.

Mereka adalah Putri Setia Gita Pratiwi (23) dan adiknya, Intan Ayu Sulistyowati (17). Sejak 4 Oktober 2025, keduanya hidup hanya dengan minum air sumur yang direbus. Tidak ada makanan. Tidak ada yang mereka mintai pertolongan.

Baca Juga: Ini Tampang Lima Pengeroyok Mahasiswa yang Tewas di Masjid Agung Sibolga

“Ibu enggak ngebolehin bilang ke tetangga. Katanya jangan bikin repot orang,” ucap Putri lirih saat ditemui di Rumah Sakit Muhammadiyah Boja, Senin sore itu. Kalimatnya pendek-pendek, seakan setiap kata mengandung beban yang terlalu berat untuk digendong.

Ayah mereka telah lebih dulu meninggal pada 2017. Sejak itu, hidup terasa seperti serangkaian hari yang harus dijalani, bukan dinikmati.

Saat pertama kali tiba di rumah sakit, tubuh Intan sudah kehilangan kesadaran. Putri masih terjaga, tapi lemas seolah hampir menyerah.

Dokter Arfa Bima Firizqina yang menangani mereka mengatakan, gangguan psikis telah membayangi keduanya. “Keduanya mengalami kekurangan kesadaran psikiater,” ujarnya. Mereka seperti tenggelam dalam sunyi, menyimpan cerita yang bahkan belum mampu mereka ceritakan sepenuhnya.

Baca Juga: Tragedi di Rumah Allah: Nyawa Mahasiswa Melayang Hanya karena Tidur di Masjid Agung Sibolga

Kabar ini segera sampai kepada Bupati Kendal, Dyah Kartika Permanasari. Ia datang menjenguk, membawa sedikit harapan di antara duka yang menahun.

“Kondisinya mulai membaik, tapi jiwa mereka belum siap menerima semuanya,” kata Tika, suaranya pelan tapi tegas. Pemerintah menyiapkan penanganan lanjutan: Putri akan dibekali keterampilan hidup di Panti Margi Utomo, Intan akan mendapatkan perawatan khusus sesuai kebutuhannya.

Dari rumah kecil yang terkunci itu, kita belajar bahwa kesunyian dapat menyembunyikan luka yang sangat panjang. Dan bahwa ada kalanya, orang yang paling membutuhkan bantuan adalah mereka yang tidak pernah meminta.