Sukabumi

Perspektif Islam tentang Harta yang Kehilangan Keberkahannya

×

Perspektif Islam tentang Harta yang Kehilangan Keberkahannya

Sebarkan artikel ini
Perspektif Islam tentang Harta yang Kehilangan Keberkahannya
Perspektif Islam tentang Harta yang Kehilangan Keberkahannya. Foto : Ilustrasi fb Wanitaku

SUKABUMIDalam Islam, harta bukan sekadar angka dalam rekening atau jumlah benda yang kita miliki. Harta sejatinya adalah amanah dari Allah untuk dimanfaatkan, digunakan secara tepat, dan menjadi jalan menuju kebaikan. Karena itu, keberkahan harta jauh lebih penting daripada banyaknya jumlah harta itu sendiri.

Ustadz Adi Hidayat (UAH) sering mengingatkan bahwa salah satu tanda harta yang tidak berkah adalah ketika harta tersebut tidak menghadirkan manfaat menurut islam, bahkan justru mendorong seseorang menuruti keinginannya semata.

Baca Juga : Curug Cibeureum, Destinasi Wisata Alam Unggulan Kabupaten Sukabumi

1. Membeli Berdasarkan Nafsu, Bukan Kebutuhan

Seseorang mungkin membeli pakaian baru, kendaraan baru, atau perangkat yang tidak benar-benar dibutuhkan. Setiap melihat barang baru muncul keinginan: “pengen lagi, pengen lagi”, padahal barang yang lama masih layak digunakan.
Harta seperti ini hanya menjadi koleksi yang menumpuk, bukan manfaat yang mengalir.

2. Banyak Barang Tapi Tidak Pernah Dipakai

Lemari penuh baju, namun yang digunakan hanya beberapa potong. Garasi berisi kendaraan, tapi jarang dipakai. Perangkat elektronik berganti-ganti, padahal tidak ada kebutuhan.
Inilah tanda bahwa harta hanya menjadi pelampiasan nafsu, bukan sarana menambah kebaikan.

3. Penghasilan Besar, Tapi Cepat Habis

Ada pula yang setiap bulan mendapat gaji 3 juta, 5 juta, bahkan 10 juta. Namun anehnya, uang itu habis dalam sehari, dua hari, atau satu minggu—padahal bukan untuk kebutuhan penting.
UAH menjelaskan, jika harta cepat hilang tanpa jelas manfaatnya, itu pertanda harta tersebut tidak berkah.

4. Tidak Ada Ziyādatul Khair Tambahan Kebaikan

Makna berkah adalah ziyādatul khair, bertambahnya kebaikan.
Harta yang berkah bukan hanya cukup, tapi bermanfaat, menenangkan, dan menghadirkan jalan kebaikan.
Sebaliknya, harta yang tidak berkah justru memicu kesia-siaan, pemborosan, dan menjauhkan dari nilai manfaat.

Setiap muslim hendaknya merenungkan apakah harta yang kita miliki benar-benar menjadi sarana ibadah, atau justru sekadar memelihara nafsu. Banyaknya barang tak menjamin berkah; yang menentukan adalah kebermanfaatan dan ridha Allah di dalamnya.

Semoga Allah memberikan kita rezeki yang halal, cukup, dan penuh berkah yang tidak hanya menambah harta, tetapi juga menambah kebaikan dalam hidup.(SE)