SUKABUMI – Wacana penggabungan sembilan kecamatan di Daerah Pemilihan (Dapil) 4 Kabupaten Sukabumi ke dalam wilayah administrasi Kota Sukabumi mendapat sambutan positif dari masyarakat. Antusiasme warga terlihat dengan menjamurnya spanduk-spanduk dukungan yang terpasang di sejumlah titik strategis.
Pantauan di lapangan menunjukkan bahwa spanduk berbagai ukuran mulai menghiasi wilayah Kecamatan Sukabumi. Salah satu spanduk mencolok bahkan terpampang di depan kantor kecamatan dengan tulisan, “Ayeuna Waktuna Selabintana Jadi Kota, Rakyat Ngadukung Pisan Kecamatan Sukabumi Gabung Ja Kota Sukabumi.”
Spanduk lainnya turut menampilkan gambar Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, dengan pakaian adat Sunda, serta tulisan yang menyuarakan dukungan penuh terhadap gagasan tersebut: “Geura Der Keun Gagasan Bapak Aing !!”
BACA JUGA: Ini Alasan KDM Ingin Kota Sukabumi Menjadi Daerah Otonomi Baru
Tak hanya di Kecamatan Sukabumi, spanduk serupa juga ditemukan di wilayah Kecamatan Cisaat, Kadudampit, hingga Gunungguruh. Fenomena ini menunjukkan gelombang dukungan dari masyarakat terhadap gagasan perluasan wilayah Kota Sukabumi.
Meski begitu, hingga kini belum diketahui siapa pihak yang memasang spanduk dan baliho tersebut. Warga menyebut pemasangan dilakukan secara diam-diam pada malam hari.
“Gak tau siapa yang pasang spanduk dan baliho itu, tapi kami sebagai warga mendukung kebijakan Bapak Aing Kang Dedi Mulyadi, wilayah Dapil 4 Kabupaten Sukabumi gabung ke Kota Sukabumi. Kalau menunggu DOB (Daerah Otonomi Baru) mah kapan tau,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya, Selasa (27/05/25) malam.
BACA JUGA: Wali Kota Sukabumi Ayep Zaki Akan Perluasan Wilayah menjadi 16 Kecamatan
Ia menambahkan bahwa penggabungan wilayah ke Kota Sukabumi dapat menjadi solusi atas berbagai persoalan administratif dan infrastruktur yang selama ini dihadapi warga perbatasan. Kabupaten Sukabumi diketahui merupakan wilayah terluas se-Jawa dan Bali, yang kerap menghadapi tantangan dalam pemerataan pembangunan.
“Selama ini alasan pemerintah kabupaten itu selalu soal keterbatasan anggaran. Jalan rusak tak kunjung diperbaiki, padahal itu berdampak langsung ke ekonomi masyarakat,” ungkapnya.
Warga pun berharap wacana yang didorong oleh Dedi Mulyadi ini tidak berhenti hanya sebagai diskursus publik semata, namun dapat segera direalisasikan demi kesejahteraan masyarakat.
“Mudah-mudahan ini tidak hanya menjadi wacana saja, tetapi dapat terwujud dan menjadi kemaslahatan bagi masyarakat. Pokona Bapak Aing kudu ngawujudkeun ieu,” tandasnya. (Ky)