Berita Utama

Tertutup Lumpur, Persawahan di Cihaur Simpenan Gagal Panen Diduga Akibat Aktivitas Tambang Emas

×

Tertutup Lumpur, Persawahan di Cihaur Simpenan Gagal Panen Diduga Akibat Aktivitas Tambang Emas

Sebarkan artikel ini
Area Persawahan yang Tertutup Lumpur, di Desa Cihaur, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi

SUKABUMIKU.id – Warga Desa Cihaur, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi, Keluhkan sawahnya yang tertutup oleh lumpur yang diduga dari aktivitas tambang emas yang menggunakan alat berat di sekitar wilayah perbukitan.

Menurut informasi yang dihimpun, sekitar 50 hektare sawah kini terdampak dan tidak bisa digarap. Warna kecokelatan mendominasi area pertanian yang biasanya hijau subur oleh tanaman padi da kini berubah drastis seperti kolam lumpur, dengan air keruh menggenangi hampir seluruh petakan.

Irigasi yang biasanya digunakan para petani untuk mengairi sawahnya justru kini menjadi jalur masuknya limpasan tanah yang terbawa dari atas bukit.

“Kami tidak butuh ganti rugi. Yang kami inginkan adalah manfaat nyata dari perusahaan, bukan sekadar janji,” kata Solehudin, salah satu petani, Selasa (8/4/2025).

Ia menjelaskan bahwa sejak awal kegiatan tambang berjalan, pihak perusahaan tak pernah melakukan sosialisasi atau memberi penjelasan kepada masyarakat sekitar.

“Enggak ada pemberitahuan apa-apa. Tahu-tahu tanah digali, alat berat masuk, sungai tercemar, sawah kami rusak. Sudah cukup, tutup saja tambangnya,” jelasnya.

Senada dengan Dahlan yang juga masih petani di area tersebut, juga mengalami kerugian serupa, ia mengaku gagal panen akibat sawah miliknya tertutup lumpur. “Padahal tinggal panen, tiba-tiba lumpur dari atas turun dan sawah saya hancur. Perusahaan sama sekali tidak hadir untuk bertanggung jawab,” ungkapnya.

Sebelumnya ungkap Dahlan, aliran sungai bersih dan irigasi lancar, namun sejak beko dan alat berat lain beroperasi, tanah hasil pengerukan terbawa air hujan dan masuk ke aliran sungai, kemudian meluber ke lahan pertanian.

“Dulu air sungai bersih, sawah subur sekarang tiap hujan air lumpur masuk ke lahan. Kerusakan parah, sekitar 30 hektar lebih yang kena. Parahnya lagi, enggak pernah ada musyawarah atau penjelasan dari pihak tambang,” tuturnya.