SUKABUMI – Warga RT 04 RW 06 Kampung Kebonjati, Gang H. Marsudi, Kelurahan Kebonjati, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi, mengeluhkan dugaan pencemaran lingkungan akibat saluran irigasi yang airnya berubah keruh dan berbau menyengat.
Diduga, pencemaran berasal dari limbah milik salah satu hotel yang berlokasi sekitar 20 meter dari permukiman warga.
Ketua RT 04, Dede Samsudin (56), mengungkapkan bahwa kondisi saluran irigasi yang tercemar telah berlangsung cukup lama dan kembali terjadi pada Sabtu, 12 Juli 2025 lalu.
“Air limbah ini sudah lama berdampak ke kolam dan aliran ke warga. Limbahnya itu seperti gumpalan, seperti karet bekas dibakar dan baunya menyengat. Paling parah airnya hitam pekat, tercium baunya dari jarak 20-30 meter,” kata Dede, Sabtu (19/07/25).
Menurutnya, dampak paling merugikan dirasakan oleh warga pemilik kolam ikan. Sebanyak lima kolam milik warga terdampak, menyebabkan kematian ikan lele, emas, dan nila dengan total berat sekitar 96 kilogram.
“Sabtu kemarin ikan-ikan pada mati. Kalau parah banget, air limbah keras, ya habis. Yang mati itu ada sekitar 96 kilo ikan, itu sudah ditimbang,” ujarnya.
Dede menegaskan, warga tidak menuntut macam-macam. Mereka hanya ingin saluran air kembali bersih dan layak digunakan, terutama untuk kebutuhan budidaya ikan.
“Yang penting air bersih lagi. Jangan sampai kejadian kayak gini terus berulang. Warga cuma minta solusi, biar ke depan airnya bagus,” tandasnya.
Menanggapi keluhan warga, Humas Hotel Horison, Sunarso, menyampaikan bahwa pihak hotel telah mengalirkan limbah cair ke Sungai Cileles melalui pipa yang dibuat khusus.
“Sesuai hasil pertemuan dengan warga, limbah tidak boleh lagi mengalir ke selokan, makanya kami buat pipa langsung ke Sungai Cileles. Tapi pipa itu diduga dipotong warga karena kekurangan air ke kolam,” jelas Sunarso.
Ia mengklaim bahwa limbah dari hotel tidak berbahaya karena telah melalui proses di Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), serta limbah padat secara rutin disedot menggunakan truk tangki dari pemerintah daerah.
“Yang keluar dari hotel paling cuma air sabun dan air mandi. Limbah padatnya rutin disedot. Jadi kami tidak mengakui kalau ikan mati karena limbah kami,” tegasnya.
Lebih lanjut, Sunarso menilai bahwa penyebab pencemaran bisa berasal dari berbagai sumber karena saluran air berasal dari hulu yang juga membawa limbah lain.
“Solokan itu alirannya dari mana-mana, bukan cuma dari hotel. Bisa juga dari sumber lain,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan bahwa pihak hotel bersama warga telah melakukan pertemuan di kelurahan dan kini tengah menunggu hasil uji laboratorium dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Sukabumi.
“Nanti air akan dicek bareng-bareng. Kalau memang ada masalah dari pemotongan pipa atau kekurangan air karena musim kemarau, jangan serta-merta menyalahkan hotel. Kita tunggu hasil DLH,” pungkasnya.
Pihak hotel menegaskan bahwa semua prosedur termasuk Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) telah mereka penuhi.
“AMDAL kita lengkap dan selalu dicek secara berkala,” ujar Sunarso. (Ky)

