Kota Sukabumi

159 Bencana Terjadi di Kota Sukabumi Sepanjang 2025, Cuaca Ekstrem Jadi Pemicu Utama

×

159 Bencana Terjadi di Kota Sukabumi Sepanjang 2025, Cuaca Ekstrem Jadi Pemicu Utama

Sebarkan artikel ini
Satgas BPBD saat melakukan evakuasi pohon tumbang di Jalan Edelweis, Puri Cibeureum Permai 2. Foto/Istimewa

SUKABUMI – Sepanjang Januari hingga September 2025, Badan Penanggulangan Bencana Daerah atau BPBD Kota Sukabumi mencatat sebanyak 159 kejadian bencana dengan total kerugian mencapai Rp2,01 miliar. Cuaca ekstrem menjadi faktor penyebab utama, disusul banjir, tanah longsor, dan kebakaran permukiman.

Kepala Pelaksana BPBD Kota Sukabumi, Novian Rahmat Taufik, mengatakan data tersebut dihimpun melalui Sistem Informasi Elektronik Data Bencana (SiEdan) sejak awal tahun hingga 30 September 2025.

“Kerugian akibat cuaca ekstrem ditaksir mencapai Rp1,23 miliar, jauh melampaui bencana lainnya seperti tanah longsor sebesar Rp567 juta dan banjir Rp92,8 juta,” ujarnya, Kamis (9/10/2025).

Dari total kejadian, cuaca ekstrem mendominasi dengan 71 kasus, diikuti banjir 53 kali, tanah longsor 21 kali, kebakaran permukiman 11 kali, dan angin puting beliung 3 kali.

Kerusakan paling sering meliputi atap rumah, pohon tumbang, serta gangguan infrastruktur seperti jalan dan jaringan listrik.

Secara wilayah, Kecamatan Warudoyong menjadi daerah dengan jumlah bencana terbanyak, yaitu 33 kejadian, diikuti Baros (29), Cibeureum (22), dan Citamiang (20).

“Kerugian tertinggi terjadi di Kecamatan Warudoyong dengan nilai mencapai Rp413 juta, terutama di Kelurahan Dayeuh Luhur dan Sukakarya,” jelas Novian.

Menurut analisis BMKG Stasiun Klimatologi Jawa Barat, wilayah Sukabumi masih berada pada periode curah hujan rendah hingga menengah (0–150 mm per dasarian) selama September–Oktober 2025.

Namun, risiko bencana tetap tinggi akibat kondisi topografi berbukit dan sistem drainase yang belum optimal.

BPBD juga mencatat pada September 2025 saja terjadi 11 bencana, terdiri dari 8 kasus cuaca ekstrem, 2 tanah longsor, dan 1 kebakaran permukiman, dengan total kerugian mencapai Rp133 juta.

Dalam upaya mitigasi, BPBD Kota Sukabumi telah menetapkan status siaga darurat untuk cuaca ekstrem dan banjir sejak awal tahun. Selain itu, BPBD aktif menggelar edukasi kebencanaan di sekolah, lingkungan masyarakat, dan perusahaan.

“Hingga saat ini, lebih dari 17 ribu warga dan pelajar telah terlibat dalam kegiatan edukasi kebencanaan,” tambah Novian.

Selain edukasi, BPBD juga telah menyalurkan bantuan natura kepada korban terdampak, meliputi 110 paket sembako dan 35 lembar terpal hingga Agustus 2025. Novian menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi meningkatnya risiko bencana akibat perubahan iklim.

“Kita tidak bisa menunggu bencana terjadi baru bertindak. Kesiapsiagaan harus dibangun bersama, antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha,” pungkasnya.