Berita SukabumiBerita UtamaSejarah

3 Fakta Menarik Kasepuhan Gelar Alam, Ternyata Tidak Alergi Teknologi

×

3 Fakta Menarik Kasepuhan Gelar Alam, Ternyata Tidak Alergi Teknologi

Sebarkan artikel ini
GELAR ALAM
Suasana Kaseupuhan gelar alam., Kabupaten Sukabumi. Foto: Istimewa

SUKABUMIKU.id – Gelar Alam merupakan wilayah (Kampung Adat) baru dari Kasepuhan Ciptagelar dengan Ketua adat, Abah Ugi Sugriana Rakasiwi. Kampung Adat Gelar Alam merupakan sebuah desa di Kabupaten Sukabumi yang masyarakatnya masih memegang erat tradisi leluhur sebagai orang Sunda. Mereka menganut paham saling menghormati dan menghargai, juga saling gotong royong.

Berbagai kegiatan dilakukan sesuai kebiasaan nenek moyang seperti cara bertani hingga gaya berpakaian. Keunikan tersebut menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Mereka yang berkunjung biasanya sangat antusias untuk mengenali dan mempelajari cara hidup sesuai budaya lokal.

Masyarakat Kampung Adat Gelar Alam tidak menolak adanya modernisasi. Buktinya di sana terdapat aliran listrik yang bersumber dari PLTA yang dibangun secara swadaya. Selain itu juga didirikan stasiun televisi dan radio yang dikelola oleh masyarakat sekitar.

Baca Juga: Dulu Tijpetir Sukabumi Sempat Menjadi Incaran Dunia

Secara geografis, Kampung Adat Ciptagelar terletak di pedalaman Gunung Halimun-Salak. Dengan kondisi tersebut, suasana asri dan sejuk sudah pasti bisa dirasakan oleh para wisatawan.

Kasepuhan Gelar Alam juga sering kedatangan pengunjung baik wisatawan lokal maupun mancanegara. Wisatawan ingin mempelajari budaya yang masih diterapkan di kasepuhan. Selain itu, Kasepuhan ini juga sebagai sarana edukasi tentang pertanian dan budaya sunda.

Berdasarkan rangkuman dari radar Sukabumi, ada 4 fakta menarik masyarakat yang tinggal di Kasepuhan Ciptagelar diantaranya:

1. Ketahanan Pangan yang Kuat

Kampung Adat Gelar Alam sangat terkenal sebagai masyarakat yang mempunyai sistem ketahanan yang sangat kuat, khususnya padi, dan beras. Padi di Kampung Adat Ciptagelar berbeda dengan jenis padi lainnya. Masa tanam ke masa panennya juga satu tahun jaraknya. Serta memiliki perhitungan tersendiri, yang mengacu kepada bintang.

Baca Juga: Sederet Fakta Keindahan Pantai Cimaja, Bali-nya Sukabumi

Perlu diketahui bahwa masyarakat di Kampung Adat Ciptagelar tidak pernah mengalami gagal panen. Mereka mampu berharmoni, dan melestarikan alam dengan baik. Bahkan, stok beras di lumbung, atau leuit di Kampung Adat Ciptagelar sangat berlimpah, bisa untuk beberapa tahun ke depan.

Dikutip dari Youtube Bang HS ketersediaan stok beras bisa mencukupi sebanyak 30 ribu jiwa yang berada di kampung adat cipta gelar, bahkan itu mencukupi sekitar 10 tahun kedepan.

Hasil panen padi tidak diperjualbelikan melainkan hanya untuk konsumsi pribadi masyarakat Kasepuhan Gelar Alam. Abah Ugi sebagai kepala adat menjelaskan bahwa padi beras cukup untuk kebutuhan masyarakat disini sehingga kita tidak perlu impor beras dari luar lagi.

Gelar alam

Bagi masyarakat kasepuhan hasil pertanian khususnya padi merupakan kehidupan nyawa dari masyarakat itu sendiri. Apabila masyarakat menjual padi berarti masyarakat menjual nyawa.

2. Tidak Alergi Teknologi

Ciri khas dari Kampung Adat Ciptagelar selanjutnya adalah tidak sepenuhnya anti teknologi. Bahkan, Kampung Adat Ciptagelar memiliki sistem teknologi sendiri.

Baca Juga: Adrian Zecha Pria Asal Sukabumi yang Miliki Hotel di 20 Negara

Hal tersebut terbukti dengan sumber listrik yang dihasilkan dari turbin, dan sungai yang ada di kawasan tersebut. Ditambah lagi, Kampung Adat Ciptagelar memiliki saluran TV sendiri, serta saluran radio tersendiri.

Air selain sumber pertanian tetapi juga digunakan sebagai sumber listrik. Kasepuhan Gelar Alam tidak teraliri listrik dari PLN tetapi dengan alat mikrohidro. Mikrohidro digerakkan menggunakan air untuk mengaliri listrik di kawasan Kasepuhan.

3. Menjaga Warisan Budaya

Bangunan-bangunan yang ada di Kampung Adat Ciptagelar sangat khas. Mencerminkan arsitektur rumah masyarakat sunda jaman dahulu, berikut dengan bahan-bahannya. Begitupun dengan budayanya. Kampung Adat Ciptagelar memiliki tradisi, serta sistem pemeritahan yang masih tetap terjaga dari jaman dahulu, hingga saat ini.

Yang paling dikenal yakni upacara seren taun. Upacara Seren Taun dimaksudkan untuk menghormati leluhur dan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen padi yang telah dilakukan. Kegiatan yang terselenggara setiap tahunnya ini menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung. Berbagai pertunjukan seni budaya masyarakat yang kuno sampai dengan modern ditampilkan guna menghibur masyarakat kasepuhan maupun wisatawan. Acara ini biasanya berlangsung selama 3 hari 2 malam.

Baca Juga: Empat Pasar Tradisional di Kota Sukabumi Akan di Percantik

Lalu, dalam acara berpakaian, Masyarakat Kasepuhan Gelar Alam mempunyai aturan khusus yaitu menggunakan ikat kepala bagi laki-laki dan menggunakan kain yang dililitkan ke pinggang bagi kaum perempuan. Arti dari aturan ini yaitu hidup harus saling terikat dan menjaga kebersihan. Untuk tamu yang berkunjung wajib mengikuti aturan berpakaian disini tanpa terkecuali.

Tak hanya itu, Cara Memasak beras masih dengan tradisional. Zaman sekarang, memasak nasi sudah menjadi lebih praktis dengan berbagai teknologi yang tersedia. Tetapi, masyarakat kasepuhan tetap mempertahankan memasak nasi dengan cara tradisional.

Keberadaan kompor gas hanya digunakan untuk memasak sayuran serta lauk pauk. Tentu saja cara tersebut mengacu pada kebudayaan sunda yang telah turun – temurun.

Alat yang digunakan antara lain: tungku (hawu), dandang (seeng), kukusan (aseupan), dan kayu bakar. Bahan yang digunakan tentu saja beras yang ditumbuk menggunakan lesung dan alu. Nasi yang dimasak dengan cara ini akan menghasilkan panas yang tahan lebih lama dan nasi terasa pulen dan mengeluarkan aroma yang wangi.