Jawa BaratPendidikan

Remaja  dan Pelestarian Bahasa Sunda

×

Remaja  dan Pelestarian Bahasa Sunda

Sebarkan artikel ini

Oleh:
Sri Rahayu, S.Pd, M.Pd
STISIP WIDYAPURI MANDIRI Sukabumi

SUKABUMIKU.id – Pemerhati budaya Sukabumi, Jawa Barat Indonesia, Rabu 14 Maret 2018 mengaku prihatin dengan keberlangsungan bahasa Sunda di kalangan remaja yang terancam punah. Meski di semua jenjang pendidikan materi pembelajaran bahasa Sunda masih terjadwal di sekolah, penggunaan bahasa tersebut masih jarang digunakan dalam kegiatan sehari-hari.

Dalam Tribun News edisi 17 September 2021 dimuat artikel dengan judul Penutur Bahasa Sunda Menurun 2 Juta dalam 10 Tahun, Badan Bahasa Berjuang Selamatkan Bahasa Daerah.

Bahasa Sunda merupakan bahasa daerah terbesar kedua di Indonesia, termasuk Sukabumi, Jawa Barat Indonesia, sebagai salah satu daerah yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa pertama. Namun, pesatnya perkembangan teknologi dan informasi, peran bahasa Sunda di Kota Sukabumi khususnya, telah bergeser ke Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama yang diajarkan keluarga kepada anak-anaknya.

Ada banyak alasan mengapa keluarga mengajarkan Bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama bagi anak-anaknya.

Alasan orang tua memberikan bahasa pertama adalah Bahasa Indonesia bertujuan supaya anak-anaknya tidak mengalami kesulitan saat mulai belajar di pendidikan formal. Semua jenjang pendidikan formal di Indonesia, mulai dari pendidikan anak usia dini hingga jenjang universitas, menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar.

Oleh karena itu, konsekuensi satu bahasa menjadi minoritas akan terancam berkurang penggunaannya. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional makin banyak dipilih oleh masyarakat Sunda sebagai bahasa pertama bagi anak-anaknya, terutama di daerah perkotaan. Kedua, adalah faktor ketakutan tidak dapat mengajarkan bahasa Sunda yang baik berdasarkan asas usuk yang benar.

Ketiga, adanya unsur kurangnya rasa bangga terhadap bahasa Sunda, orang tua baru atau muda menganggap bahasa Sunda merupakan bahasa kuno atau bahasa yang hanya digunakan oleh orang-orang tua dan terkesan kuno.

Bahasa Indonesia sudah menjadi Bahasa pertama yang diberikan orang tua khususnya dalam rentang genersai Z dan milenial, para remaja di kota Sukabumi sudah tidak menggunakan Bahasa Sunda sebagai Bahasa pertama mereka tetapi sudah beralih kedalam Bahasa Indonesia.

Beberapa penelitian terdahulu tentang topik ini sebagai berikut:Roy P. Veettil, P.M. Binu & J. Karthikeyan, (2020) Hasil penelitian saat ini juga mengungkapkan bahwa media massa memegang peranan penting dalam pemertahanan bahasa.

Sebagian besar responden menganggap media tradisional sebagai sumber penting yang membantu pemertahanan bahasa. Masyarakat Keralite yang tinggal di luar negeri pada umumnya sangat ingin tahu tentang perkembangan politik, ekonomi, sosial, dan budaya negara asal mereka.

Agnes Maria Diana Rafael,(2020) menggunakan pendekatan sosiolinguistik, yaitu pendekatan yang mengkaji bahasa dalam kaitannya dengan masyarakat, atau perilaku kelompok atau masyarakat bahasa tertentu, bukan individu (Wardhaugh dan Fuller, 2015).

Yeşim Sevinç, (2016) mengungkapkan  Komunitas imigran dapat mengalami ketegangan antara pemertahanan bahasa dan pergeseran bahasa, yang dipengaruhi oleh pilihan-pilihan linguistik tak kasat mata yang tak terhitung jumlahnya. Pemertahanan bahasa terjadi ketika bahasa warisan (HL)1 imigran terus digunakan dari generasi ke generasi (Fishman 1972).

Sebaliknya, pergeseran bahasa terjadi ketika imigran secara progresif mengganti Bahasa Ibu mereka dengan bahasa kelompok yang dominan secara sosial atau ekonomi (Fishman 1972), bahasa mayoritas (Majority Language).

Proses pergeseran bahasa ini berlangsung dari generasi ke generasi, namun kecepatannya bervariasi dari satu komunitas ke komunitas lain, tergantung pada faktor-faktor linguistik dan sosial. Rahmat Sewa Suraya, Akhmad Marhadi, Alias, Wilma Akihary, Patresia Silvana Apituley & Rita Fransina Maruanaya, (2019) Bahasa-bahasa lokal merupakan jejak-jejak peradaban yang berharga.

Terkait dengan nilai, Bartens (2005:139) menyatakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang menarik dan dicari oleh seseorang karena nilai merupakan sesuatu yang menyenangkan, disenangi dan diinginkan oleh seseorang.

Pada bagian tersebut jika kita cermati secara seksama bahasa daerah ini menunjukkan perannya dalam memupuk ikatan persaudaraan sekaligus sebagai simbol ekspresi dan aktualisasi sosial masyarakat pemiliknya. Bahasa daerah yang terus bertahan dalam berbagai situasi, terutama dengan masuknya bahasa asing, dihadapkan pada kenyataan bayang-bayang kepunahannya jika tidak segera dilestarikan.