Sejarah

Menguak Candi Cangkuang Jejak Hindu di Tanah Sunda yang Sarat Sejarah

×

Menguak Candi Cangkuang Jejak Hindu di Tanah Sunda yang Sarat Sejarah

Sebarkan artikel ini
Menguak Candi Cangkuang, Jejak Hindu di Tanah Sunda yang Sarat Sejarah
Menguak Candi Cangkuang, Jejak Hindu di Tanah Sunda yang Sarat Sejarah. Foto : Sei/ Facebook

SUKABUMI – Terletak di Kampung Pulo, Desa Cangkuang, Leles Garut, berdiri sebuah candi Hindu yang menyimpan jejak sejarah panjang di tanah Sunda, yakni Candi Cangkuang.

Candi ini bukan hanya menjadi candi Hindu pertama yang ditemukan di Tatar Sunda, tetapi juga satu-satunya yang masih bertahan hingga kini. Keberadaannya menjadi saksi bisu akulturasi budaya dan agama di masa lampau.

Candi Cangkuang diperkirakan didirikan pada abad ke-8 Masehi, pada masa Kerajaan Galuh. Dugaan ini didasarkan pada tingkat kelapukan batuannya dan bentuknya yang sederhana, tanpa relief yang rumit.

Baca Juga : Jejak Kelam Lampegan Terowongan Kereta Api Tertua di Indonesia

Beberapa teori mengemukakan fungsi candi ini, antara lain sebagai tempat ibadah dan pemujaan, tempat persinggahan pedagang, atau bahkan benteng pertahanan.

Namun, yang pasti, Candi Cangkuang memiliki nilai sejarah yang sangat penting, mengisi kekosongan sejarah antara masa Purnawarman dan Pajajaran.

Candi ini ditemukan kembali pada tahun 1966 oleh seorang petani bernama Kandara. Saat ditemukan, kondisinya cukup memprihatinkan, tertutup semak belukar dan vegetasi.

Baca Juga : Curug Bibijilan Sukabumi, Pesona Air Terjun Berundak dengan Warna Toska di Tengah Hutan Pinus

Namun, penemuan ini kemudian menarik perhatian para arkeolog dan peneliti, yang kemudian melakukan penggalian dan restorasi untuk mengembalikan strukturnya.

Bangunan Candi Cangkuang yang terlihat saat ini sebenarnya adalah hasil rekonstruksi, karena bangunan aslinya hanya tersisa sekitar 40%.

Candi ini berdiri di atas lahan persegi empat berukuran 4,7 x 4,7 meter dengan tinggi 30 cm. Kaki bangunannya berukuran 4,5 x 4,5 meter dengan tinggi 1,37 meter.

Baca Juga : Fina Farm Sukabumi Wisata Alam Rasa New Zealand dengan Berkuda hingga Camping Seru

Di sisi timur, terdapat penampil tempat tangga naik. Di dalam candi, terdapat arca Siwa yang sudah rusak, dengan kepala sapi (nandi) di depannya.

Selain candi, di kompleks Candi Cangkuang juga terdapat Kampung Pulo, sebuah pemukiman adat yang menjadi bagian dari kawasan cagar budaya.

Kampung ini memiliki keunikan tersendiri, yaitu hanya terdiri dari enam rumah dan satu musala, yang melambangkan tujuh anak Embah Dalem Arief Muhammad.

Embah Dalem Arief Muhammad sendiri adalah tokoh yang dihormati di daerah ini, karena perannya dalam menyebarkan agama Islam. Makamnya pun terletak tidak jauh dari candi, menunjukkan akulturasi budaya dan kepercayaan yang unik di tempat ini.

Saat ini, Candi Cangkuang menjadi destinasi wisata sejarah yang menarik di Garut. Pengunjung dapat menyeberangi danau dengan rakit untuk mencapai lokasi candi, sambil menikmati pemandangan alam yang indah.

Selain candi, pengunjung juga dapat mengunjungi museum yang menyimpan berbagai artefak, dan informasi mengenai sejarah Candi Cangkuang dan Kampung Pulo.

Candi Cangkuang bukan hanya sekadar bangunan kuno. Ia adalah simbol sejarah, akulturasi budaya, dan toleransi yang patut dilestarikan.(Sei)