SUKABUMI – Timnas Indonesia U-22 bersiap menjalani dua pertandingan uji coba menghadapi Mali U-22 di Stadion Pakansari.
Laga ini bukan sekadar bagian dari persiapan tim, tetapi juga membawa kembali memori pahit perjalanan Garuda Muda menuju Olimpiade Paris 2024.
Pertemuan ini kembali mempertemukan Indonesia dengan sosok yang tak asing bagi publik sepak bola nasional, Fousseni Diawara.
Pada proses kualifikasi Olimpiade 2024, Diawara merupakan asisten pelatih Guinea U-23, tim yang menghentikan langkah Indonesia pada babak play-off di Clairefontaine.
Kekalahan tipis 0-1 kala itu menjadi salah satu momen paling menyesakkan, karena peluang tampil di ajang olimpiade sudah berada di depan mata sebelum pupus akibat penalti Illaix Moriba.
Kini, Diawara kembali ke hadapan publik Indonesia, namun dengan peran berbeda. Ia menjabat sebagai pelatih kepala Mali U-22, tim yang akan menjadi lawan Indonesia pada 15 dan 18 November 2025.
Duel ini menjadi kesempatan bagi skuad Garuda Muda untuk menatap lembaran baru sekaligus mengukur perkembangan tim setelah berbagai agenda pemusatan latihan.
Pertandingan ganda melawan Mali dinilai penting untuk mematangkan struktur permainan, mengingat lawan memiliki karakteristik fisik dan tempo yang berbeda dari mayoritas tim Asia Tenggara.
Uji coba ini juga menjadi kesempatan bagi pelatih untuk menilai kesiapan pemain muda yang tengah diproyeksikan tampil di berbagai turnamen internasional.
Dengan latar sejarah yang masih segar dan dinamika baru yang dibawa Mali, dua pertandingan di Pakansari diperkirakan berlangsung dengan tensi tinggi.
Publik sepak bola nasional menyambut laga ini sebagai ajang penting melihat arah perkembangan generasi penerus Timnas Indonesia.(SE)
