SUKABUMIKU.id – Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Sukabumi angkat bicara soal warga berinisial DM (29) asal Jalan Pabuaran RT 03 RW 01, Kelurahan Nyomplong, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi, yang diduga menjadi korban TPPO di Kamboja.
Kepala Disnaker Kota Sukabumi Abdul Rachman mengaku, sudah mendapatkan laporan terkait kejadian tersebut. Bahkan, Disnaker langsung melakukan koordinasi dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BP2MI) Kota Sukabumi.
“Kami sudah koordinasi dengan BP2MI maupun KBRI,” ucapnya.
Menurut Abdul, hingga saat ini Disnaker belum mendapatkan informasi perkembangan terkait penanganan kasus tersebut.
“BP2MI maupun KBRI kuga buta karena korban ini ilegal. Tetapi, untunya masih ada korban masih memegang HP sehingga bisa serlok. Informasinya pera pelaku itu sindikat ada kerjasama dengan petugas di daerah sana. Sehingga, kegita ada informasi dari korban yang melapor, sehingga korban semunya dipindahtempatkan,” bebernya.
Abdul menambahkan, Disnaker sudah menyarankan pihak keluarga korban agar segera melaporkan kejadian tersebut kepada pihak kepolisian.
“Kami sarankan keluarga korban untuk segera laporan kepada polisi karena ini tindak kejahatan TPPO,” pungkasnya.
Sebelumnya, warga berinisial DM (29) asal Jalan Pabuaran RT 03 RW 01, Kelurahan Nyomplong, Kecamatan Warudoyong, Kota Sukabumi diduga menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Kamboja.
Dugaan TPPO Bermula saat, DM berpamitan kepada kedua orang tuanya yakni, pada 10 April 2023 lalu untuk berangkat bekerja dengan teman kenalannya dari media sosial (Medsos) ke daerah Kuala Lumpur Malaysia.
“Awalnya, mau berlibur dengan pacarnya dari Jakarta dengan tujuan berlibur di Kuala Lumpur. Namun, setelah beberapa hari kami mendapat kabar bahwa anak saya dipekerjakan sebagai admin. Tapi tidak tau admin apa,” ungkap ayah korban, Ois Ismail Hadi (58) kepada wartawan, Rabu (24/5).
Setibanya di Malaysia sambung Ois, bukan mendengar kabar baik . Alih – alih anaknya tersebut tiba – tiba dijemput orang tidak dikenal di salah satu hotel yang berada di Kuala Lumpur Malaysia.
“Waktu itu masih komunikasi dan anak saya bilang ada yang jemput pada saat berada di Malaysia. Anak saya pun gak tau yang jemput siapa, tiba – tiba dia langsung disuruh masuk mobil,” paparnya.
Usai dijemput dia dijanjikan akan dipekerjakan dengan iming- iming gaji yang besar. Tetapi ternyata dipekerjakan tidak jelas menjadi scammer atau bertugas menipu melalui online.
“Sudah satu bulan setengah mereka kerja di sana dan tidak digaji sama sekali. Bahkan handphonenya disita semua,” jelasnya.
Diketahui, DM pun tidak sendirian dia ditemani 12 orang yang diduga menjadi korban TPPO lainnya tidak betah dan diperlakukan tidak baik sehingga meminta keluar. Namun, pihak perusahaan yang tidak jelas mempersilahkan keluar tetapi malah dibawa ke suatu tempat dan disekap dalam satu ruangan. (Ky)