Politik

Bayu Permana: Bencana Alam di Sukabumi Adalah Dampak Ketidakseimbangan Alam, Mitigasi Bencana Harus Jadi Prioritas

×

Bayu Permana: Bencana Alam di Sukabumi Adalah Dampak Ketidakseimbangan Alam, Mitigasi Bencana Harus Jadi Prioritas

Sebarkan artikel ini
Anggota DPRD Kabupate Sukabumi Bayu Permana

SUKABUMIKU.id – Anggota DPRD Kabupaten Sukabumi, Bayu Permana, menanggapi serius bencana alam yang melanda wilayah Kabupaten Sukabumi, terutama banjir dan longsor yang terjadi akibat intensitas hujan tinggi dalam dua hari terakhir. Menurut Bayu, kejadian bencana ini sudah menjadi rutinitas tahunan yang semakin meningkat dalam hal frekuensi dan intensitas, terutama di wilayah selatan Kabupaten Sukabumi.

Dalam keterangan yang disampaikan, Bayu mengungkapkan keprihatinannya atas fenomena alam yang terus berulang dan semakin mengancam keselamatan warga. Ia pun mengajukan pertanyaan mendalam terkait penyebab dari bencana yang kerap terjadi ini. “Pertanyaannya, siapa yang harus disalahkan, atau bagaimana kita harus menyikapi situasi ini?” ujar Bayu.

Bayu mengingatkan bahwa dalam pandangan banyak orang, bencana seperti banjir dan longsor sering dianggap sebagai akibat langsung dari curah hujan yang tinggi dan meluapnya sungai. Namun, ia menekankan bahwa perlu ada refleksi lebih mendalam terhadap perubahan yang terjadi pada alam kita.

“Nenek moyang kita dulu hidup berdampingan dengan sungai dan gunung yang sama, namun mereka tidak mengalami tekanan lingkungan seperti yang kita rasakan saat ini. Mengapa bencana ini menjadi semakin sering dan intens? Ini adalah pertanyaan yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak,” kata legislatif dari partai PKB ini.

Menurutnya, akar permasalahan utama adalah ketidakmampuan manusia untuk hidup selaras dengan alam. Perubahan pola penggunaan lahan, penebangan hutan, dan pengabaian terhadap tata kelola lingkungan telah menyebabkan ketidakseimbangan alam yang berakibat pada meningkatnya risiko bencana.

“Seharusnya, kita memiliki pengetahuan tentang cara kerja alam dan bagaimana kita bisa menyesuaikan diri agar aktivitas kita tidak memicu bencana,” tegas Bayu.

Ia juga menekankan bahwa ini adalah momentum yang tepat bagi pemerintah daerah, terutama setelah Pilkada 2024, untuk mengevaluasi dan memperbaiki rencana tata ruang dan wilayah, serta memperhatikan daya dukung lingkungan hidup agar potensi bencana dapat diminimalisir.

Bayu juga menyoroti pentingnya perencanaan tata ruang yang berkelanjutan dan kebijakan yang dapat melindungi keseimbangan ekologi.

“Kesejahteraan masyarakat tidak mungkin tercapai tanpa lingkungan yang lestari. Setiap langkah pembangunan harus memperhatikan keseimbangan ekologi agar masyarakat dapat hidup dengan aman dan sejahtera,” tambahnya.

Ia mengingatkan bahwa jika pemerintah Kabupaten Sukabumi tidak segera mengambil langkah konkret untuk menangani permasalahan ini, risiko bencana di masa depan akan semakin meningkat dan semakin sulit dikendalikan.

“Kondisi lingkungan yang semakin kritis dan rusak akan menambah kompleksitas masalah yang kita hadapi. Oleh karena itu, perlu segera ada tinjauan ulang terhadap tata kelola lingkungan dan tata ruang wilayah,” ujar Bayu.

Selain itu, Bayu juga mengajak para akademisi dan ilmuwan untuk mengevaluasi kembali metodologi dan pendekatan yang digunakan selama ini dalam mengelola lingkungan.

“Banyak upaya yang dilakukan ternyata tidak memperbaiki keadaan, bahkan justru memperburuk situasi. Saatnya kita kembali kepada pengetahuan tradisional yang diwariskan oleh leluhur kita dalam mengelola lingkungan, agar hubungan antara manusia dan alam tetap harmonis,” tuturnya.

Lebih lanjut, Bayu menekankan pentingnya penanggulangan bencana dengan pendekatan mitigasi. Ia menjelaskan bahwa mitigasi bencana harus menjadi prioritas pemerintah daerah dalam rangka mencegah kerusakan yang lebih luas.

“Mitigasi bencana adalah langkah preventif utama. Pemerintah harus memprioritaskan program mitigasi yang melibatkan masyarakat agar kita bisa hidup berdampingan dengan alam, bahkan dalam kondisi cuaca ekstrem sekalipun,” ujarnya.

Bayu menambahkan bahwa masyarakat perlu diberdayakan untuk mengurangi risiko bencana melalui pendidikan dan peningkatan kesadaran.

“Mitigasi bencana bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat,” pungkasnya.

Dengan pandangan tersebut, Bayu Permana berharap agar pemerintah Kabupaten Sukabumi dapat menyusun kebijakan yang lebih proaktif dalam melindungi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Langkah-langkah konkret dalam mengelola tata ruang dan lingkungan, serta upaya mitigasi bencana yang serius, menjadi kunci untuk memastikan masa depan Kabupaten Sukabumi yang lebih lestari dan aman dari bencana. (Ky)