Sejarah

Jejak Kelam Lampegan Terowongan Kereta Api Tertua di Indonesia

×

Jejak Kelam Lampegan Terowongan Kereta Api Tertua di Indonesia

Sebarkan artikel ini
Jejak Kelam Lampegan, Terowongan Tertua di Indonesia
Foto Lampegan, Terowongan Tertua di Indonesia / Ist

SUKABUMI – Terowongan Lampegan kereta api selalu punya daya tarik tersendiri. Di Cianjur Jawa Barat, ada satu terowongan yang bukan hanya menyimpan sejarah panjang, tapi juga selubung misteri yang tak lekang oleh waktu, yaitu Terowongan Lampegan.

Dibangun pada masa Hindia Belanda, terowongan ini adalah saksi bisu awal mula perkeretaapian di Indonesia dan legenda-legenda yang menghantuinya.

Terowongan Lampegan bukan sekadar lorong gelap di dalam bukit, melainkan sebuah maharya arsitektur kolonial.

Baca Juga :Viral Anak Kecil Penjual Kartu Pos di Bali Ini Bisa 23 Bahasa Asing

Dibangun antara tahun 1879 hingga 1882 oleh Staatsspoorwegen atau SS, perusahaan kereta api milik pemerintah Hindia Belanda, terowongan ini menjadi bagian penting dari jalur kereta api Bandung-Cianjur-Sukabumi.

Jalur ini krusial untuk transportasi hasil bumi, terutama kopi dan teh, dari pedalaman Jawa Barat menuju pelabuhan.

Dengan panjang sekitar 686 meter, Terowongan Lampegan menjadi salah satu terowongan kereta api tertua yang masih aktif di Indonesia.

Baca Juga : Gua Lalay, Destinasi Wisata Eksotis Palabuhanratu yang Menyimpan Cerita Sejarah dan Alam

Dindingnya yang kokoh terbuat dari susunan batu bata merah, menunjukkan kualitas bangunan yang luar biasa di zamannya.

Meski sudah berusia lebih dari satu abad, terowongan ini tetap berfungsi melayani perjalanan kereta api, sebuah testimoni akan kekokohan desain dan konstruksinya.

Di balik megahnya sejarah Lampegan, tersimpan kisah misteri yang paling terkenal, yaitu hilangnya seorang penari ronggeng bernama Nyi Sadea. Konon, Nyi Sadea adalah penari yang sangat cantik dan mempesona, menjadi idola banyak orang di era kolonial.

Baca Juga : Fina Farm Sukabumi Wisata Alam Rasa New Zealand dengan Berkuda hingga Camping Seru

Ia sering dipanggil untuk tampil di berbagai acara, termasuk di sekitar area pembangunan terowongan.

Cerita rakyat setempat mengisahkan bahwa pada suatu malam, saat kereta api melintas di Terowongan Lampegan, Nyi Sadea sedang menari di dekat mulut terowongan.

Tiba-tiba, ia menghilang tanpa jejak. Ada yang mengatakan ia terpeleset dan jatuh ke jurang, namun tidak ada jasad yang ditemukan.

Ada pula yang percaya ia diculik oleh makhluk halus penunggu terowongan, atau bahkan dibawa pergi oleh “penumpang gaib” dari dalam kereta.

Sejak saat itu, warga sekitar sering melaporkan penampakan sosok wanita cantik berpakaian penari ronggeng di sekitar terowongan, terutama saat senja atau malam hari.

Suara gending dan alunan musik tradisional pun terkadang terdengar lirih, menambah kental nuansa mistis di Lampegan. Konon, arwah Nyi Sadea masih bergentayangan, mencari jalan pulang atau mungkin menanti seseorang.

Selain misteri Nyi Sadea, Terowongan Lampegan juga diselimuti kisah-kisah keangkeran lain. Beberapa masinis dan penumpang mengaku pernah melihat penampakan kereta api kuno tanpa awak, yang melintas cepat di dalam terowongan kemudian menghilang begitu saja.

Suara siulan lokomotif uap yang sayup-sayup juga sering terdengar di malam hari, menambah kesan seram di lokasi tersebut.

Kisah-kisah ini, baik yang nyata maupun yang berbau mistis, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas Terowongan Lampegan.

Ia bukan hanya sebuah terowongan biasa, melainkan sebuah situs sejarah yang hidup, menyimpan jejak masa lalu, dan misteri yang terus diceritakan dari generasi ke generasi.

Jika Anda berkesempatan melintasi jalur kereta api di Lampegan, cobalah pejamkan mata sejenak saat kereta memasuki terowongan.

Mungkin Anda akan merasakan hawa dingin yang berbeda, atau bahkan mendengar alunan gending yang dibawa angin, seolah Nyi Sadea masih menari di sana.

Apakah Anda tertarik untuk mengetahui lebih banyak tentang legenda atau sejarah tempat lain di Indonesia?.(Sei)