SUKABUMI – Pernahkah Anda membayangkan bekerja tanpa henti, menjadi TKW melayani tiga majikan sekaligus, hingga fisik terasa benar-benar terkuras? Itulah kisah pilu yang dialami oleh Ariestia Dian, seorang Tenaga Kerja Wanita asal Indonesia di Taiwan.
Kisah Ariestia Dian yang viral di media sosial menyoroti realita pahit, yang kerap dihadapi para pekerja migran di negeri orang.
Ariestia Dian, seperti banyak TKW lainnya, berangkat ke Taiwan dengan harapan bisa memperbaiki nasib keluarganya di tanah air. Namun, realitas di lapangan jauh dari bayangan.
Baca Juga : Curug Bibijilan Sukabumi, Pesona Air Terjun Berundak dengan Warna Toska di Tengah Hutan Pinus
Ia dipekerjakan untuk melayani tiga majikan dalam atap yang berbeda, sebuah kondisi yang jelas melampaui batas kemampuan fisik dan mental seseorang.
Selain mencuci, memasak, berbelanja ke pasar, Dian juga ditugaskan untuk mengurus Akong, sebutan lansia di Taiwan.
Beban kerja yang berlebihan ini tentu saja berdampak serius pada kesehatan Ariestia. Ia mengaku sering merasa pusing, lemas, dan kurang tidur.
Baca Juga : Kisah Yustinus Soeroso, Dari Anak Buruh Tani hingga Miliki Raja Ratusan Bus Mewah
Tubuhnya pun kerap terasa pegal-pegal dan nyeri di berbagai bagian. Kondisi ini diperparah dengan minimnya waktu istirahat yang ia dapatkan.
Namun syukurnya, kini Dian sudah pindah kerja di majikan yang berbeda. Ia bekerja menjaga seorang lansia berjenis kelamin laki-laki yang sering ya panggilan Mbah.
Diakui Dian majikannya tersebut memiliki sifat yang sangat baik. Semua kebutuhannya dipenuhi, hanya saja TKI perempuan ini tidak sanggup jika kondisi fisiknya terus terkuras.
Baca Juga : Menguak Candi Cangkuang Jejak Hindu di Tanah Sunda yang Sarat Sejarah
“Konten saya kali ini bukan bermaksud untuk membandingkan antara majikan yang lama atau majikan yang baru, bukan,” ujar Dian.
“Saya sekedar sharing atau bercerita tentang pengalaman saya bekerja di Taiwan,” sambung Dian.
Kasus Ariestia Dian ini bukan yang pertama kalinya terungkap. Banyak TKW lain yang juga menghadapi kondisi serupa, bahkan lebih buruk.
Minimnya pengawasan dari agensi penyalur dan lemahnya perlindungan hukum, bagi pekerja migran di negara tujuan seringkali membuat mereka rentan terhadap eksploitasi.
Ariestia berharap kisahnya ini dapat membuka mata banyak pihak, baik pemerintah, agensi penyalur, maupun masyarakat umum, terhadap kondisi nyata yang dihadapi para pekerja migran.
Ia juga berpesan kepada calon TKW agar lebih berhati-hati, dan mencari informasi sebanyak-banyaknya sebelum memutuskan bekerja di luar negeri.(Sei)