SUKABUMIKU.id – Mengunjungi Desa unik Kota Batu, Jawa Timur, tak hanya disuguhi panorama pegunungan yang memukau dan udara sejuk yang menyegarkan. Terselip di antara hijaunya perbukitan, terdapat sebuah dusun unik bernama Brau.
Keunikan dusun ini atau desa unik ini bukan hanya terletak pada keindahan alamnya, melainkan pada fenomena demografis yang menarik, yaitu jumlah populasi sapi yang secara signifikan melebihi jumlah penduduk manusianya.
Sebuah harmoni yang tak lazim, di mana kehidupan masyarakat dan hewan ternak terjalin erat, menciptakan lanskap sosial dan ekonomi yang khas.
Dusun Brau, yang terletak di wilayah administratif Desa Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, memang dikenal sebagai sentra peternakan sapi perah.
Kondisi geografis yang mendukung, dengan padang rumput yang luas dan iklim yang sejuk, menjadikan kawasan ini ideal untuk pengembangan peternakan.
Sejarah mencatat, tradisi beternak sapi perah di Brau telah berlangsung turun-temurun, menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas dan mata pencaharian utama sebagian besar penduduknya.
Fenomena “lebih banyak sapi daripada manusia” di Dusun Brau, bukan sekadar angka statistik yang menarik perhatian. Lebih dari itu, kondisi ini mencerminkan sebuah relasi simbiotik yang mendalam antara penduduk dan hewan ternak mereka.
Sapi bagi masyarakat Brau bukan hanya sekadar komoditas penghasil susu, melainkan juga aset keluarga, sumber penghidupan, dan bahkan bagian dari warisan budaya.
Rutinitas harian sebagian besar warga Brau tak lepas dari aktivitas beternak. Pagi dan sore hari, pemandangan para peternak yang menggembalakan sapi di padang rumput, atau membersihkan kandang menjadi pemandangan yang lazim.
Keterampilan beternak diwariskan dari generasi ke generasi, menciptakan sebuah komunitas yang solid dengan pengetahuan mendalam tentang perawatan dan pemeliharaan sapi perah.
Dominasi populasi sapi secara langsung berdampak pada perekonomian Dusun Brau. Industri susu perah menjadi tulang punggung ekonomi lokal.
Susu segar dari Brau dikenal memiliki kualitas yang baik, dan menjadi sumber pendapatan utama bagi banyak keluarga.
Selain penjualan susu segar, beberapa warga juga mengembangkan usaha pengolahan susu menjadi produk turunan seperti yoghurt, keju, dan produk olahan lainnya, yang menambah nilai ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.
Secara sosial, keberadaan sapi dalam jumlah besar juga membentuk struktur dan interaksi masyarakat. Gotong royong dalam merawat ternak, berbagi pengetahuan tentang beternak, dan tradisi-tradisi yang berkaitan dengan hewan ternak mempererat tali persaudaraan antar warga.(Sei)