Berita SukabumiKota Sukabumi

Inflasi Tinggi, TPID Kota Sukabumi Kendalikan Pemantauan Bapokting dan Pangan Murah

×

Inflasi Tinggi, TPID Kota Sukabumi Kendalikan Pemantauan Bapokting dan Pangan Murah

Sebarkan artikel ini
pedagang ayam di pasar tradisional Kota Sukabumi
pedagang ayam di pasar tradisional Kota Sukabumi

SUKABUMI- Kabid Perekonomian dan Sumber Daya Alam, Bappeda Kota Sukabumi, Erni Agus Riyani mengatakan Upaya pengendalian inflasi di Kota Sukabumi terus dilakukan secara terpadu oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID).

“Salah satu langkah konkret yang telah dijalankan adalah monitoring dan pelaporan harian terhadap perkembangan harga bahan pokok penting (bapokting) oleh Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan, dan Perindustrian (Diskumindag),” katanya.

Kegiatan tersebut menjadi salah satu instrumen penting dalam mendeteksi dini gejolak harga di pasar. Selain pemantauan harga, Pemerintah Kota Sukabumi melalui TPID juga telah menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM) sebagai bentuk intervensi langsung kepada masyarakat.

BACA JUGA: Pemkot Sukabumi Mendukung Percepatan Koperasi Merah Putih, Begini Kata Wakil Walikota

Kegiatan GPM tersebut dilaksanakan selama bulan Januari hingga Februari 2025, mencakup seluruh tujuh kecamatan di Kota Sukabumi. Langkah ini bertujuan menjaga keterjangkauan harga serta ketersediaan pasokan bahan pangan strategis. Menurut informasi dari Sekretariat TPID yang berada pada Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kota Sukabumi, laju inflasi bulanan (month-to-month/mtm) pada April 2025 tercatat sebesar 1,13 persen.

Dari angka tersebut, sekitar 1,05 persen di antaranya disumbang oleh kenaikan tarif listrik. Kenaikan ini menjadi penyumbang terbesar inflasi bulanan dan menjadi perhatian TPID dalam menyusun strategi stabilisasi harga. Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat bahwa inflasi tahunan (year-on-year/y-on-y) di Kota Sukabumi pada April 2025 mencapai 2,74 persen.

Angka tersebut didasarkan pada Indeks Harga Konsumen (IHK) yang berada di angka 109,52. Angka ini menunjukkan adanya kenaikan harga secara umum dibandingkan dengan bulan yang sama pada tahun sebelumnya. Kelompok pengeluaran dengan inflasi y-on-y tertinggi tercatat pada kategori perawatan pribadi dan jasa lainnya. Kenaikan pada kelompok ini mencapai 9,38 persen dengan IHK sebesar 119,73.

BACA JUGA: Soal Penagihan Utang ke Balaikota Sukabumi, Ayep Zaki Tegaskan itu Murni Pribadi ASN

Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan di luar pangan, khususnya yang berkaitan dengan perawatan diri, juga turut memberikan tekanan terhadap inflasi di daerah. Sementara itu, satu-satunya kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi y-on-y adalah kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan, dengan angka deflasi sebesar -0,01 persen dan IHK sebesar 99,02.

Penurunan harga pada kelompok ini menjadi penyeimbang di tengah kenaikan pada kelompok lainnya, meskipun pengaruhnya tidak terlalu besar terhadap inflasi umum. (Ky)