Sosok

Kisah Seniman Mural Bali yang Menggoreskan Karya di 8 Kabupaten

×

Kisah Seniman Mural Bali yang Menggoreskan Karya di 8 Kabupaten

Sebarkan artikel ini

SUKABUMIKU.id – Di tengah hiruk pikuk Bali yang terkenal dengan keindahan alam dan seni budayanya, muncul seorang seniman mural berbakat bernama Dwyma Adinatha.

Pria kelahiran Pulau Dewata ini telah menorehkan jejak karyanya yang penuh warna dan makna di berbagai sudut Bali.

Tak tanggung-tanggung, sentuhan artistiknya kini dapat dinikmati di delapan dari sembilan kabupaten yang ada di provinsi ini, menjadikannya salah satu maestro mural yang paling produktif dan berpengaruh di Bali.

Kecintaan Dwyma pada seni lukis telah tumbuh sejak usia belia. Namun, ia menemukan medium ekspresi yang paling sesuai dengan jiwanya melalui seni mural.

Baginya, dinding-dinding kota adalah kanvas raksasa yang menawarkan kebebasan berekspresi tanpa batas.

Dengan semangat “merayakan ruang publik”, Dwyma menghadirkan karya-karya yang tak hanya indah dipandang, tetapi juga mampu berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan menyampaikan pesan-pesan sosial yang mendalam.

Ciri khas karya Dwyma terletak pada penggunaan warna-warna cerah yang berani, garis-garis dinamis, serta perpaduan elemen-elemen tradisional Bali dengan gaya kontemporer.

Dalam setiap muralnya, ia seringkali mengangkat tema-tema tentang kearifan lokal, isu-isu lingkungan, semangat gotong royong, hingga potret kehidupan masyarakat Bali sehari-hari.

Tak jarang, ia juga berkolaborasi dengan seniman lokal lainnya, memperkaya khazanah seni mural Bali dengan perspektif yang beragam. Perjalanan Dwyma dalam “menginvasi” tembok-tembok Bali dengan karyanya tidaklah instan.

Ia memulai dari proyek-proyek kecil di lingkungan sekitar tempat tinggalnya, kemudian merambah ke berbagai festival seni dan kolaborasi dengan komunitas.

Dedikasi dan kualitas karyanya yang memukau akhirnya membawanya dipercaya untuk menghias ruang publik di berbagai kabupaten, mulai dari Gianyar yang kaya akan seni ukir, Badung yang dinamis, hingga Jembrana di ujung barat pulau.

Kehadiran mural-mural Dwyma tidak hanya mempercantik wajah kota, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Karya-karyanya seringkali menjadi daya tarik wisata baru, memicu perbincangan dan refleksi, serta menumbuhkan rasa bangga terhadap identitas lokal.

Lebih dari sekadar dekorasi, mural bagi Dwyma adalah medium untuk berkomunikasi, mengedukasi, dan menginspirasi. Salah satu contoh karya Dwyma yang ikonik adalah mural monumentalnya di pusat Kota Denpasar, yang menggambarkan semangat persatuan dan keberagaman.

Di kabupaten Tabanan, ia menghadirkan mural yang mengangkat isu pelestarian subak, sistem irigasi tradisional Bali yang diakui UNESCO. Sementara di Karangasem, karyanya merefleksikan keindahan alam dan tradisi masyarakat setempat.

Setiap mural memiliki cerita dan konteksnya sendiri, disesuaikan dengan karakteristik dan nilai-nilai unik dari masing-masing daerah. Kiprah Dwyma Adinatha telah menginspirasi banyak seniman muda di Bali untuk menekuni seni mural.

Ia tak hanya berkarya, tetapi juga aktif berbagi ilmu dan pengalamannya melalui workshop dan kolaborasi. Semangatnya untuk terus berkarya dan memajukan seni mural Bali patut diacungi jempol.

Dengan karyanya yang telah “menginvasi” delapan kabupaten di Bali, Dwyma Adinatha membuktikan bahwa seni mural bukan hanya sekadar coretan di dinding.

Lebih dari itu, seni ini adalah medium yang kuat untuk menyampaikan pesan, merayakan identitas, dan mempercantik ruang publik.

Jejak warna Dwyma akan terus membekas, menjadi bagian tak terpisahkan dari lanskap seni rupa kontemporer Bali dan menginspirasi generasi mendatang.

Kisah Dwyma adalah bukti nyata bahwa seni, dalam berbagai bentuknya, mampu menjangkau dan menyentuh hati banyak orang, bahkan hingga ke pelosok-pelosok pulau dewata.