SUKABUMI – Kota Sukabumi menyimpan banyak cerita sejarah yang menarik dari masa penjajahan Belanda. Salah satunya adalah keberadaan terowongan bawah tanah yang hingga kini masih menjadi buah bibir warga setempat. Sebagian masyarakat percaya bahwa terowongan itu adalah jalur rahasia peninggalan Belanda, sementara yang lain menganggapnya hanya saluran drainase biasa.
Namun, berdasarkan catatan sejarah dan peta tata kota kolonial, terungkap bahwa yang disebut-sebut sebagai “terowongan bawah tanah” itu sebenarnya adalah duiker sebuah sistem gorong-gorong tertutup yang digunakan untuk menyalurkan air tanpa mengganggu aktivitas di permukaan.
Pada era kolonial, pemerintah Belanda membangun sistem drainase modern di Sukabumi yang dikenal sebagai rioleeringsplan. Mereka menutup aliran sungai kecil dan selokan terbuka dengan konstruksi beton untuk menciptakan ruang kota yang lebih tertata dan bersih. Saluran air semacam ini dapat ditemukan di sekitar alun-alun Kota Sukabumi dan Masjid Agung.
Baca Juga :Stasiun Kota Sukabumi: Jejak Sejarah Rel Tua di Tanah Priangan
Duiker ini memungkinkan air mengalir di bawah tanah, sekaligus memfasilitasi pembangunan jalan, bangunan, dan fasilitas publik di atasnya. Sistem ini merupakan bagian dari visi tata kota modern Belanda pada masa itu dan telah berkontribusi pada wajah kota ini yang kita kenal sekarang.
Meski demikian, mitos soal lorong rahasia dan jalur pelarian bawah tanah tetap menjadi bagian menarik dari imajinasi kolektif warga. Fakta atau fiksi, peninggalan ini tetap menjadi saksi bisu kecanggihan perencanaan kota kolonial serta bukti bahwa Sukabumi pernah menjadi kota strategis pada masa penjajahan.
Dengan mengenali kembali fungsi asli dari “terowongan” ini, kita tidak hanya menguak sejarah yang tersembunyi, tapi juga semakin memahami betapa pentingnya perencanaan tata ruang sejak dulu. Heritage semacam ini layak dilestarikan sebagai bagian dari identitas dan perjalanan sejarah Kota ini.(Sei)