Berita UtamaSukabumi

Sisi Lain Debus Dadali Pati Sukabumi, Ingatkan Kaum Milenial Tentang Seni dan Budaya

×

Sisi Lain Debus Dadali Pati Sukabumi, Ingatkan Kaum Milenial Tentang Seni dan Budaya

Sebarkan artikel ini
Debus Pati Sukabumi

SUKABUMIKU.id – Di Minggu pagi (08/01/23) Ratusan masyarakat dari mulai anak – anak hingga orang dewasa berbondong-bondong dengan posisi melingkar memadati Podium Lapang Merdeka Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.

Kedatangan mereka tak lain untuk menyaksikan pertunjukan seni Debus yang di tampilkan oleh Padepokan Dadali Pati Sukabumi.

Tak sedikit dari mereka menjerit dan takjub dengan pertunjukan yang dilakukan oleh para pemain debus yang rata-rata merupakan anak muda ini.

Mereka memakan beling, motong lidah, muka, tangan hingga perut menggunakan golok dan gergaji mesin. Dengan di iringi pertunjukan pencak silat hingga musik karinding.

Ketua Padepokan Dadali Pati Saeful Alam mengatakan, pertunjukan itu digelar sebagai salahsatu langkah mereka untuk memperkenalkan seni budaya kepada masyarakat khususnya kaum milenial.

“Saya sudah miris dengan seni dan budaya tradisional khususnya debus ini yang merupakan budaya leluhur kita. Karena anak milenial sekarang lebih bangga dengan budaya orang lain dibanding dengan budaya kita. Yang mana budaya kita ini merupakan jati diri bangsa dan martabat bangsa kalau budaya nya rusak otomatis negara nya akan hancur,” kata pria yang akrab disapa Abah Alam ini kepada Sukabumiku.id

Pelaku seni debus asal Sukabumi yang sudah malang melintang melakukan pentas dan atraksi di berbagai wilayah di Indonesia ini selalu menggelar pertunjukan setiap hari Minggu di Lapang Merdeka.

“Jadi kami selalu mengadakan penampilan debus setiap hari minggu tujuannya adalah biar warga Masyarakat sukabumi tau bahwa penggiat budaya tradisional itu masih ada,” Ujarnya.

Bagi Bah Alam, Debus bukan hanya sebatas falsafah melestarikan budaya dan jejak leluhurnya. Banyak makna dan filosofi yang tersirat dalam setiap pertunjukannya.

“Didalam debus ini banyak beberapa filosofi dan makna hingga pesan moral yang disampaikan salah satunya. Kenapa di debus ada atraksi lidah dipotong, karena golok lebih tajam daripada lidah. Golok bisa melukai satu orang tetapi ucapan bisa melukai semua orang bisa sakit,” paparnya.

Dia pun mengajak semua pelaku seni budaya bersama – sama berkembang. Untuk meningkatkan ketertarikan masyarakat khususnya kaum milenial agar lebih mencintai budayanya.

“Ikuti jaman mu dan jangan pernah tinggalkan budayamu,” Imbuhnya.

Sementara itu dihubungi terpisah Manager Padepokan Dadali Pati Sukabumi Kristiawan menambahkan, tujuan lain dari pertunjukan tersebut adalah ingin menggelorakan dan terus melestarikan budaya, seiring perkembangan jaman yang saat ini begitu pesat.

“Tujuan saya hanya satu saya ingin seni dan budaya ini tetap ada. Walaupun perkembangan sangat pesat dan budaya-budaya lain masuk ke negara kita. Tapi kita harus tetap mencintai budaya ini,” Imbuhnya.

Apalagi sambung dia, Dadali Pati ini bukan sekedar debus tetapi sekarang menjadi sebuah gabungan dari seni.

“Debus ini bukan lagi menjadi sebuah tontonan yang ekstrim tidak layak di tonton dan debus tidak sejahat ibu-ibu yang memberikan gadget kepada anak-anak. Seperti tadi ada pertunjukan Tarawangsa, Pencak Silat, karinding nya dan debus berkolaborasi menjadi satu tampilan,” paparnya.

Disisi penampilan tambah dia Dadali Pati pun sekaligus menyampaikan edukasi dan sejarah debus. Tujuannya untuk meluruskan dan membuang stigma negatif tentang debus.

“Misal debus itu pengabdi setan ilmu hitam. Kita kembalikan lagi kepada sejarah, debus itu dikenalkan untuk menyebarkan agama Islam di banten dan buat melawan penjajah di banten. Ilmu Hitam dan Putih itu ada di hati manusia,” Pungkasnya. (Ky)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *