SUKABUMIKU.id— Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Sukabumi, menyebutkan selama September 2024 terjadi inflasi year on year (y-on-y) sebesar 1,44 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 105,92.
“Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya hampir seluruh indeks kelompok pengeluaran,” ungkap Kabid Perekonomian dan Sumber Daya Alam Bappeda Kota Sukabumi, Erni Agus Riyani kepada wartawan, Selasa (15/10).
Lanjut Erni, indek kelompok pengeluaran diantaranya, kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 2,42 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,8 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,33 persen, kelompok kesehatan sebesar 3,38 persen, kelompok transportasi sebesar 0,03 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 3,74 persen, kelompok pendidikan sebesar 0,43 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 1,51 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 7,43 persen.
“Tingkat deflasi month to month (m-to-m) dan tingkat inflasi yearto date (y-to-d) Kota Sukabumi September 2024 masing-masing sebesar 0,19 persen dan 0,99 persen,” ujarnya.
Menurutnya, perkembangan harga berbagai komoditas pada September secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Kota Sukabumi, terjadi inflasi y-on-y sebesar 1,44 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,42 pada September 2023 menjadi 105,92 pada September 2024.
“Tingkat deflasi mto-m dan tingkat inflasi y-to-d masing-masing sebesar 0,19 persen dan 0,99 persen,” ujarnya.
Komoditas yang dominan memberikan andi atau sumbangan inflasi y-on-y yakni, emas perhiasan, beras, sigaret kretek mesin (skm), nasi dengan lauk, sigaret kretek tangan (SKT), minyak goreng, sewa rumah, pisang, kopi bubuk, ayam goreng, sigaret putih mesin (spm), rekreasi, bakso siap santap, bawang merah, kacang panjang, popok bayi sekali pakai/diapers, kontrak rumah, kentang, daging sapi, upah asisten rumah tangga, makanan hewan peliharaan, perbaikan ringan kendaraan, sepeda motor, gula pasir, buncis, kendaraan carter/rental, tarif dokter spesialis, tarif kendaraan roda 2 online, tarif rumah sakit, pepaya, ikan asin selar dan lainnya.
“Sementara komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi m-to-m yaitu, buncis, pisang, kacang panjang, emas perhiasan, tarif kendaraan travel, makanan ringan/snack, tas sekolah dan lainnya,” bebernya.
Sementara, komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi m-to-m seperti, telur ayam ras, cabai rawit, beras, daun bawang, bensin, jeruk, cabai merah, bawang merah, jagung manis, daging ayam ras, bawang putih, wortel dan lainnya.
Pada September 2024, kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y, yaitu; kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,68 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,04 persen, kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,05 persen, kelompok kesehatan sebesar 0,10 persen, kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,09 persen, kelompok pendidikan sebesar 0,03 persen, kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,16 persen dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,41 persen.
“Kami bersama lintas sektoral terus melakukan pengendalian, seperti halnya, melakukan stabilitas pasokan dan harga pangan, menjaga keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi dan komunikasi yang efektif antar stakeholder terkait,” imbuhnya.
Terpenting lanjut Erni, dalam pengendalian inflasi, pihaknya bersama dinas dan lembaga lainya akan terus melakukan analisa terhadap sumber atau potensi tekanan, serta melakukan inventarisasi data dan informasi perkembangan harga barang dan jasa secara umum.
“Termasuk, menganalisis stabilitas permasalahan perekonomian daerah, yang dapat mengganggu stabilitas harga dan keterjangkauan barang dan jasa,” pungkasnya. (*)