SUKABUMIKU.id – Ketegangan antara India dan Pakistan kembali meningkat, memicu kekhawatiran akan kemungkinan pecahnya perang terbuka antara dua negara bersenjata nuklir di Asia Selatan. Perselisihan kedua negara telah berlangsung selama beberapa dekade, dengan konflik utama berpusat pada wilayah Kashmir yang disengketakan.
Dalam beberapa pekan terakhir, insiden bentrokan di perbatasan Line of Control (LoC) kembali terjadi. Kedua pihak saling tuduh melakukan pelanggaran gencatan senjata dan menyerang pos militer masing-masing. Militer India mengklaim adanya infiltrasi militan dari wilayah Pakistan, sementara Pakistan menuduh India melakukan serangan artileri ke wilayah sipil.
Ketegangan ini diperparah oleh retorika panas dari pejabat tinggi kedua negara. Pernyataan-pernyataan keras dari kementerian luar negeri India dan Pakistan hanya memperburuk suasana, menciptakan kekhawatiran internasional akan potensi eskalasi konflik menjadi perang berskala besar.
Baik India maupun Pakistan memiliki kekuatan militer signifikan dan kemampuan nuklir, menjadikan setiap konflik antara keduanya sebagai ancaman serius bagi stabilitas regional. Sejumlah negara dan organisasi internasional, termasuk PBB dan Amerika Serikat, telah mendesak kedua pihak untuk menahan diri dan kembali ke meja perundingan.
Konflik berkepanjangan ini tidak hanya berdampak pada keamanan regional, tetapi juga pada kondisi ekonomi dan kemanusiaan. Ribuan warga sipil di sekitar wilayah perbatasan kerap menjadi korban dari konflik yang tak kunjung selesai ini. Ketidakstabilan juga mengganggu jalur perdagangan dan investasi di kawasan.
Meskipun telah beberapa kali mencoba menyelesaikan konflik melalui dialog diplomatik, ketidakpercayaan mendalam antara New Delhi dan Islamabad menjadi hambatan utama dalam menciptakan perdamaian yang berkelanjutan. Sementara itu, rakyat kedua negara hanya bisa berharap bahwa ketegangan kali ini tidak kembali berubah menjadi perang yang merenggut banyak korban jiwa.
Dunia kini menatap penuh perhatian pada langkah selanjutnya dari dua negara besar Asia Selatan ini—akankah mereka memilih jalur perang, atau berani duduk bersama demi perdamaian.(Sei)