SUKABUMIKU.id – Rencana pembangunan Taman Wisata Alam (TWA) berbasis agroforestry di Desa Citepus, Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, semakin mendapat dukungan luas, termasuk masyarakat setempat, Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi, dan sejumlah pemangku kepentingan.
Sopyan Darmayanto, perwakilan Konsultan PT Pasifik Budaya Pariwisata, menjelaskan bahwa tim konsultan bertugas merangkul warga dan stakeholder terkait, termasuk pemerintah setempat. Langkah ini dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada warga mengenai rencana pemindahan mereka, karena lahan tersebut merupakan aset yang dikelola oleh DLH di bawah BKSDA Kementerian Lingkungan Hidup.
“Jadi kita berikan pemahaman dan alhamdulillah warga hingga perangkat Kecamatan dan Desa bersepakat bersama – sama membangun TWA ini,” kata Sofyan kepada wartawan.
Menurut Sopyan, setelah warga siap dipindahkan, tugas selanjutnya diserahkan kepada tim terpadu yang memiliki wewenang berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati. Tim ini berada di bawah naungan DLH dan bertugas mengeluarkan imbauan resmi kepada warga untuk segera pindah.
“Kami telah berkoordinasi dengan warga, dan mereka menyambut baik rencana ini. Warga menerima kompensasi dari pihak perusahaan untuk biaya pembongkaran warung yang mereka bangun di wilayah TWA,” ujar Sopyan.
Proses perhitungan biaya kompensasi dilakukan secara transparan berdasarkan kondisi fisik bangunan. Nominal yang disepakati ditanggung oleh PT Pasifik Budaya Pariwisata, sebagai bentuk tanggung jawab terhadap keberlangsungan proyek ini.
Rencana penataan TWA diharapkan membawa berbagai manfaat, baik bagi masyarakat maupun pemerintah daerah. Proyek ini akan mencakup pembangunan sarana dan prasarana, peningkatan sumber daya manusia (SDM), serta meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Selain itu, kontribusi TWA terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) juga menjadi salah satu nilai tambah yang signifikan.
“Warga sangat mendukung karena melihat dampak positif dari program ini, termasuk potensi peningkatan ekonomi lokal melalui sektor pariwisata yang berbasis lingkungan,” tambah Sopyan.
Dia pun menjelaskan, program pembangunan TWA ini sebenarnya telah direncanakan sejak beberapa tahun lalu. Namun, pada 2021, proyek sempat terhambat karena berbagai kendala di lapangan. Kini, dengan adanya koordinasi lebih baik antara pihak konsultan, pemerintah daerah, dan warga, proyek ini kembali berjalan pada tahun 2024.
“Kami sebagai putra daerah mendukung penuh program ini dan terus mempertanyakan kendala apa saja yang menghambat di lapangan. Harapannya, pembangunan TWA ini bisa segera terealisasi dan memberikan manfaat bagi semua pihak,” pungkas Sopyan.
Pembangunan TWA berbasis agroforestry ini diharapkan menjadi model pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan, sekaligus meningkatkan daya tarik wisata di Kabupaten Sukabumi. (Ky)