Berita UtamaSukabumi

Sejarah Kota Sukabumi di Titik Nol Kilometer

×

Sejarah Kota Sukabumi di Titik Nol Kilometer

Sebarkan artikel ini
TITIK NOL Sukabumi
PUSAT: Keberadaan titik nol Kota Sukabumi mengandung makna dan sejarah. Foto:istimewa

SUKABUMIKU.id– Titik nol Kilometer Kota Sukabumi nampaknya memiliki nilai sejarah yang begitu luar biasa. Soalnya, tidak semua kota di Indonesia memiliki titik nol kilometer.

Itu dikarenakan tidak semua kota menjadi daerah yang dipandang memiliki keistimewaan oleh Pemerintah Hindia Belanda beberapa waktu lalu.

Seperti diutaran oleh Pemerhati Sejarah dan Budaya, Kang Warga mengatakan Kota Sukabumi menjadi salah satu daerah yang memiliki hubungan erat dengan Pemerintah Kolonial Belanda, hal ini dibuktikan oleh banyak peninggalan dan jejak fakta masa lalu mulai dari arsitektur hingga sistem pemerintahan awal berdiri daerah ini. Sebagian besar darinya dapat kita baca sampai saat ini.

Dikatakanya, sebagian besar pemerhati sejarah Sukabumi telah menginformasikan, penyebutan Sukabumi pada abad ke-19 saja diperkenalkan oleh Andries de Wilde, seorang pemilik perkebunan teh di Sukabumi. Meskipun, dapat saja, penamaan Sukabumi ini telah jauh-jauh hari dituturkan oleh orang-orang yang menempati daerah di Selatan Gunung Gede-Pangrango ini.

” Namun, informasi yang dituturkan oleh orang-orang Sukabumi sebelum abad ke-19 selalu luput dari catatan karena budaya verbal dalam bertutur (periwayatan) pada akhirnya berhenti hanya pada dua sampai tiga generasi saja,” katanya.

Warsa mnjelaskan Belanda tidak sekadar meninggalkan jejak masa lalu dalam bentuk arsitektur, juga telah menyisakan ornamen penting bagi sebuah kota atau daerah yang memiliki koneksi dengan daerah-daerah lain.

Penentuan titik nol kilometer oleh Pemerintah Hindia Belanda di Sukabumi, sekarang telah diberi penanda dengan simbol hurup Nol di Jalan Ahmad Yani, dimaksudkan untuk mengetahui jarak Kota Sukabumi terhadap kota-kota lain dan pusat pemerintahan saat itu.

Penentuan titik nol kilometer merupakan hal yang dipandang penting sebelum manusia menemukan GPS dan peta virtual. Bahkan, penentuan titik nol garis bujur dunia sampai saat ini berpengaruh besar terhadap kehadiran GPS dan peta virtual. Jika penentuan titik nol pada garis bujur peta dunia begitu penting untuk menentukan pembagian waktu di dunia, maka penetapan titik nol kilometer begitu penting bukan hanya untuk mengetahui jarak dari satu kota ke kota lainnya.

” Juga sebagai titik sentral alokasi pengembangan dan penataan kota dari pusat perkotaan ke wilayah-wilayah yang belum terjaman oleh pembangunan,” jelasnya.

Bagi sebagian besar manusia Sukabumi modern sekarang, kata Kang Warsa pengecatan titik nol kilometer mungkin hanya dipandang perlu sebagai areal untuk berswaphoto, namun bagi Pemerintah Hindia Belanda saat itu kehadiran titik nol kilometer di sebuah kota dapat memengaruhi bidang lain mulai dari biaya pengangkutan sumber daya alam, terutama terhadap tata kelola kota dan hubungan pembangunan antara pusat kota dengan daerah terdekatnya.

” Seperti halnya titik nol kilometer Kota Sukabumi, sebagai sebuah radius internal pembangunan perkotaan, sejauh radius satu kilometer, sejak daerah ini berdiri telah menjadi pusat kegiatan dan aktivitas urban. Bangunan-bangunan permanen telah didirikan pada radius tersebut ketika daerah-daerah di luar radius titik nol kilometer masih merupakan daerah tradisional rural perdesaan,” bebernya.

Pemerintah Hindia Belanda telah mendirikan entitas-entitas penting sebagai daya dukung kehidupan wilayah urban perkotaan di dalam radius titik nol kilometer seperti pembangunan pusat pemerintahan, daerah pemukiman, pusat perekonomian, rumah-rumah ibadah, kanal atau saluran air, alun-alun, infrastruktur lalu-lintas, dan pasar. Apa yang terjadi di masa lalu, selama satu abad lebih sampai sekarang masih dapat kita saksikan.

” Jika saja kemajuan teknologi berjalan lebih lambat lima puluh tahun, daerah-daerah rural perdesaan sampai sekarang tidak akan semeriah seperti hari ini. Meskipun kemajuan teknologi, faktanya begitu cepat, wilayah yang dulu merupakan daerah rural perdesaan, saat ini telah memiliki fasilitas-falisitas perbelanjaan. Warung-warung dan minimarket dapat kita jumpai sampai ke pelosok,” ujarnya.

Kendati demikian, tetap saja Pusat Kota Sukabumi memiliki daya tarik yang kuat bagi orang-orang Sukabumi. Lihatlah, dua sampai satu pekan menjelang lebaran tentang daya tarik Pusat Kota Sukabumi masih belum terkalahkan meskipun wilayah perkampungan telah memiliki apa yang ada di daerah perkotaan. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *