FeaturedSukabumi

Sejarah Vihara Widhy Sakti Sukabumi, Berusia 110 Tahun Lebih Hingga Tempat Pengobatan

×

Sejarah Vihara Widhy Sakti Sukabumi, Berusia 110 Tahun Lebih Hingga Tempat Pengobatan

Sebarkan artikel ini
VIHARA WIDHY SAKTI SUKABUMI
TERKINI: Vihara Widhy sakti Jalan Pajagalan, Kota Sukabumi. Foto: Dokpim/pemkot

SUKABUMIKU.id— Perayaan Imlek Sukabumi di pusatkan di Vihara Widhy Sakti di Jalan Pejagalan, Kelurahan Nyomplong, Kecamatan Warungdoyong, Kota Sukabumi. Vihara ini ternyata merupakan bangunan tua di Sukabumi.

Begitupun sangat lekat dengan sejarah, dimana Vihara Widhy Sakti yang sudah berusia 110 tahun lebih. Tempat ibadah bagi masyarakat Tionghoa itu didirikan ketika penyakit kolera mewabah dan menyerang dan menewaskan ratusan warga Sukabumi kala itu.

Vihara Widhy Sakti yang hingga kini digunakan untuk beribadah tersebut dibangun pada tahun 1908, bersamaan saat wabah kolera menyerang ribuan masyarakat Sukabumi.

Baca Juga : Melihat Aktifitas Malam Imlek di Kota Sukabumi, Erat dengan Toleransi

Mengutip dari berbagai sumber, Vihara yang beberapa kali dilakukan renovasi tersebut, didirikan oleh etnis Tionghoa bernama Thung Hoat Tiat praktisi kungfu yang hidup sederhana pada zaman kolonial.

Karena penyakit kolera yang saat itu mewabah dan telah memakan ratusan korban jiwa waktu itu, Thung Hoat Tiat berupaya mencari obat untuk menghentikan penyakit mematikan tersebut. Sekitar tahun 1908-an itu, ia lantas pergi ke seorang ahli pengobatan (sin she) yang berada di Bogor dengan menggunakan kereta api.

Sesampainya di sin she tersebut Thung Hoat Tiat bertanya dan ahli pengobatan itu tidak mengetahui cara untuk mengobati warga yang tertular kolera.

Vihara Widhy Sakti Tempo Dulu. foto: Istimewa

Namun ahli pengobatan itu, meminta Thung Hoat Tiat, untuk mencoba jalan lain, yaitu meminta pertolongan dari sosok leluhur di altar sembayangan yang dianggap sakti, yaitu Kongco Han Tan Kong atau patung leluhur.

Dalam minta pertolongan dari leluhur, ia melakukan ritual Ciamsi. Ciamsi sendiri merupakan ritual yang dipercaya masyarakat Tionghoa untuk bermediasi dengan leluhutnya, mediasi itu menggunakan sebilah kayu.

Tidak lama praktisi kung fu itu selesai melakukan ritual Ciamsi, seseorang yang berada didekatnya mengalami kerasukan. Thung Hoat Tiat menyakini seorang itu mengalami medium spiritual dan meminta Kongco Han Tan Kong minta dibawa ke Sukabumi.

Baca Juga: Parkir Liar Masih Marak, Dishub Kota Sukabumi Berikan Kembali Teguran

Dengan menggunakan kereta api, dan tiba Sukabumi, kemudian Thung Hoat Tiat membawanya kekediamannya, namun tidak lama itu, seorang anggota keluarganya mengalami hal spiritual lalu Kongco Han Tan Kong meminta digotong keliling 4 penjuru kota yang kini sering disebuh cap gomeh.

Akhirnya Thung Hoat Tiat kala itu bersama sejumlah masyarakat Tonghoa, meminta izin pada pemerintah kolonial, untuk menggelar cap gomeh, sebagai upaya untuk mengatasi wabah kolera. (Ky/*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *