Berita Utama

Apa Penyebab Pergerakan Tanah di Sukabumi ? Ini Kata Ahli

×

Apa Penyebab Pergerakan Tanah di Sukabumi ? Ini Kata Ahli

Sebarkan artikel ini
Bencana Sukabumi
Ilustrasi : Pergerakan tanah di Jalan Nyalindung Kecamatan Nyalindung Kota Sukabumi

SUKABUMIKU.id – Fenomena pergerakan tanah yang terjadi di beberapa wilayah Sukabumi disebabkan oleh kombinasi kondisi geologis tanah dan hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa retakan dan pergeseran tanah di Desa Sukamaju, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi, terjadi akibat hujan lebat yang memicu longsor.

Data BMKG juga mencatat gempa bumi dengan magnitudo lemah yang tidak dirasakan masyarakat di wilayah Jawa Barat dalam 10 hari terakhir.

“Gempa bumi tersebut dapat menggoyang tebing, dan ketika diguyur hujan, dampak lanjutannya akan mempermudah terjadinya longsor,” jelas Dwikorita, Sabtu (7/12).

Material longsor yang menutup lembah-lembah sungai dan membendung air hujan dapat menyebabkan banjir bandang jika hujan deras terus berlanjut dan bendungan jebol. Dwikorita mengingatkan potensi longsor dan banjir bandang masih tinggi selama puncak musim hujan di Jawa Barat, yaitu Desember di bagian selatan dan Januari di bagian utara.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengidentifikasi pergerakan tanah di wilayah tersebut sebagai longsoran atau gelinciran rotasi dan translasi. Kepala Badan Geologi, M Wafid, menyatakan bahwa sebagian besar wilayah Sukabumi masuk ke dalam zona kerentanan gerakan tanah menengah hingga tinggi selama Desember 2024, terutama jika curah hujan di atas normal.

“Artinya, gerakan tanah dapat hingga sering terjadi di daerah ini, terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir, tebing jalan, atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah baru dan lama dapat aktif kembali akibat curah hujan tinggi dan erosi yang kuat,” kata Wafid.

Wafid sependapat dengan Dwikorita bahwa faktor penyebab pergerakan tanah adalah hujan deras dan kemiringan lereng yang terjal. Batuan berupa batu lempung, napal, dan batu lanau diduga mengontrol gerakan tanah rotasi yang lambat (creep), sementara gerakan tanah cepat dikontrol oleh produk pelapukan gunung api. Material penyusun lereng bagian atas bersifat poros dan mudah menyerap air, sedangkan bagian bawah kemungkinan tersusun oleh batulempung plastis yang mudah menjadi bidang gelincir. Masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan mengikuti arahan dari pihak berwenang terkait potensi bencana hidrometeorologi.

(mrf/*)