Pariwisata

Sepi Bagai Kuburan, Ini Kisah Terbengkalainya Wisata SnowBay Waterpark

×

Sepi Bagai Kuburan, Ini Kisah Terbengkalainya Wisata SnowBay Waterpark

Sebarkan artikel ini
Sepi Bagai Kuburan, Ini Kisah Terbengkalainya Wisata SnowBay Waterpark
Foto Wisata SnowBay Waterpark / Istimewa

SUKABUMIKU.id – Ingatan akan keseruan bermain air di SnowBay Waterpark Wisata  TMII, mungkin masih terukir jelas di benak sebagian besar warga Jakarta dan sekitarnya. Dulu, taman rekreasi air ini selalu ramai dipenuhi pengunjung yang mencari kesegaran dan kegembiraan.

Namun, pemandangan kontras kini menyelimuti SnowBay. Alih-alih riuh gelak tawa, yang terasa hanyalah kesunyian yang mencekam, membuatnya tampak seperti “kuburan” wahana air.

Dari luar, kesan pertama yang tertangkap mata adalah gerbang masuk yang tampak usang dan tertutup rapat. Cat yang dulu cerah kini mengelupas di beberapa bagian, seolah menceritakan kisah kemunduran yang perlahan namun pasti.

Tidak ada lagi antrean panjang kendaraan yang mengular di area parkir. Yang ada hanyalah hamparan aspal kosong yang diterpa angin sepoi-sepoi.

Memasuki area dalam SnowBay, pemandangan yang tersaji jauh lebih memprihatinkan. Wahana-wahana air yang dulu menjadi primadona, seperti slide raksasa dan kolam ombak, kini tampak berkarat dan tidak terawat.

Beberapa bagian bahkan terlihat rusak dan berbahaya. Kolam-kolam yang dulu dipenuhi air dan tawa riang anak-anak kini mengering, menyisakan kerak kotor dan sampah dedaunan.

Bangunan-bangunan pendukung seperti loket tiket, ruang ganti, dan area penyewaan ban juga terlihat kosong dan tidak terurus. Jendela-jendela pecah, dinding-dinding kotor, dan sisa-sisa perabotan yang berantakan menambah kesan angker dan tak berpenghuni.

Atmosfer sepi dan sunyi begitu terasa, kontras dengan ingatan akan keramaian dan kegembiraan yang pernah ada di tempat ini. Kondisi tragis yang dialami SnowBay tentu menimbulkan berbagai pertanyaan dan spekulasi.

Beberapa sumber menyebutkan bahwa pandemi Covid-19 menjadi pukulan telak bagi industri pariwisata, termasuk SnowBay. Pembatasan sosial dan penurunan drastis jumlah wisatawan, diduga menjadi faktor utama yang menyebabkan operasional taman air ini terhenti.

Selain itu, isu mengenai pengelolaan dan perizinan lahan TMII yang sempat menjadi sorotan juga dikaitkan dengan nasib SnowBay.

Ketidakjelasan status dan rencana pengembangan kawasan TMII secara keseluruhan, dikhawatirkan turut berkontribusi pada terbengkalainya salah satu daya tarik wisatanya ini.

Kondisi SnowBay yang memprihatinkan tentu menimbulkan rasa sayang dan harapan di kalangan masyarakat. Banyak yang berharap agar taman air ini dapat kembali beroperasi, dan menjadi destinasi wisata keluarga yang menyenangkan seperti dulu.

Namun, untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan langkah konkret dan komitmen yang jelas dari pihak pengelola dan pemangku kepentingan terkait.

Perbaikan fasilitas, pembaruan wahana, dan strategi pemasaran yang efektif menjadi kunci untuk menarik kembali minat wisatawan.

Kisah tragis SnowBay menjadi pengingat betapa rapuhnya industri pariwisata, terutama ketika menghadapi situasi krisis global seperti pandemi.

Selain itu, pentingnya pengelolaan yang baik dan adaptasi terhadap perubahan zaman, juga menjadi pelajaran berharga bagi pengelola tempat wisata lainnya.(Sei)